4 Apr 2014

Nampan dan Allysum



Di dunia ini, banyak hal yang tidak harus selesai dalam kata. Seperti bualan pada bulan oleh sang punduk, kata tetap menjadi kata di ujung atas sana. Asa pun bisa mengepul bak uap dari nampan sang juragan. Dan masa, tanpa dikomando selalu mampu beriring dengan usia. Juga kematian.

Selalu menjadi hal yang sangat tiba-tiba, sekarang sudah bulan April! Rasanya baru kemarin saya masih TK #eh, dan sekarang saya sudah sangat amat tuwir. Sudah semakin dewasa (atau matang?). Dari sederet impian yang ingin saya wujudkan, hanya mimpi harian-bulanan yang sudah terwujud. Sisanya? Menguap di atas atmosfer bersama karbon monoksida yang mengionisasi sang Ozon.

Mengapa semakin bertambah usia, bertambah pula rasa senang di zona nyaman? Senang dengan ketenangan? Tanpa tantangan? Ingin rasanya saya bisa kembali pada masa-masa kemarin. Menjalin asa dengan keoptimisan tingkat dewa. Bersama pengharapan yang selalu tumbuh di sela-sela waktu yang menghimpit. Andai bisa, saya ingin memupuk hal yang telah terlanjur layu dalam hati ini. Dan, saya pasti bisa! #moveon #berubahmenjadipowerranger

Di atas nampan raksasa yang kita injak setiap hari, langkah tak hanya meninggalkan jejak dan cerita. Namun juga ribuan luka menganga yang menyeruak pelan dalam setiap derap. Mereka hadir beriringan dengan kemolekan pelangi di depannya, bersama semerbak wangi bunga Allysum. Menjadikan cerita berjudul kehidupan.
Ada yang menyakiti, ada yang tersakiti. Ada yang sadar, ada yang tak sadar. Ada pula yang mendiamkan sendiri. Semua sama, semua sakit dan saling mendiamkan diri. Mereka sedang menanam bisul sendiri, dan dengan sangat hati-hati menjaga bisul itu agar tidak meletus. Dan bagi saya, it's bullshit!

Itulah kebohongan orang dewasa yang sudah jamak saya temukan. Membiarkan semua seakan baik-baik saja, padahal kenyataannya bisul mereka semakin membesar dari hari ke hari. Saya muaaaakk! Mereka selalu berkata ini-itu tanpa mau berkaca melihat diri mereka sendiri. Dan, saya pun mendapatkan gejala hal yang sama dari orang dewasa itu di dalam diri saya. Ada apa dengan dewasa? Apakah dewasa itu dewa tanpa cela? Tidak boleh ditegur? Tak mau berubah? Dan selalu merasa benar?

Dan di setiap kata yang tertulis, tidak semua menjadi kisah yang berujung tanda titik. Laksana legenda ribuan tahun silam, saya berpengharapan mengakhiri cerita hidup saya dengan akhiran tanda senyum. Titik.


Rungkut, 4 April 2014
sedang menanti panggilan Sholat

No comments:

Post a Comment