13 May 2010

Tentang Sebuah Rasa

 
 
Rasa itu kembali muncul
Menerkam hatiku tanpa ampun
Tentang sebuah alasan dan masa lalu
Berpadu dengan misteri dan masa depan

Dia datang lagi
Perasaan itu  kembali merayap
Menyusuri nadi  hingga setiap degup jantung
Suasana itu
Ada dalam perbatasan mimpi dan kesadaran
Tempat ini bukan seperti dunia
Fatamorgana berbumbu harapan

Global Warming, Emang Gue Pikirin!


Saya tiba-tiba sangat tertarik dengan berbagai pemberitaan tentang Konferensi Perubahan Iklim PBB yang dilaksanakan di kota Kopenhagen, salah satu kota di Denmark. Tidak hanya dari inti permasalahan yang dibahas di konferensi ini, namun lebih dari itu. Ternyata banyak sisi lain dari efek Global Warming yang harus segera diantisipasi segera. Namun di sini, kita masih tenang-tenang saja. Seakan tidak terjadi apa-apa.

Kampus ITS, ITS Online - Kota Kopenhagen, Denmark saat ini sedang menjelma sebagai kota paling terkenal beberapa hari terakhir. Di kota ini mulai tanggal 5 desember kemarin telah menjadi sorotan dunia. Tidak kurang dari 15 ribu peserta dari 192 negara di seluruh dunia akan mencoba berunding menentukan nasib bumi. Ya, nasib satu-satunya planet yang bisa dihuni makhluk hidup hingga saat ini.

Beasiswa Untuk Konglomerat?





Pada dasarnya, semua beasiswa ditujukan sebagai salah satu alternatif untuk meringankan beban ekonomi pelajar atau mahasiswa. Utamanya yang berasal dari golongan menegah ke bawah dan dibawahnya lagi. Dan anehnya, tujuan ini bisa disiasati dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, karena ternyata beasiswa juga untuk konglomerat!

Kampus ITS, ITS Online - Dalam sebuah pertemuan yang melibatkan seluruh jajaran pengurus Ikatan Alumni ITS (IKA ITS) tahun 2009 kemarin, Pak Probo pernah berujar bahwa 20% lebih dari seluruh mahasiswa ITS ter-cover oleh beasiswa. Tentunya hal ini merupakan sinyal positif untuk para calon mahasiswa ITS. Setidaknya ada solusi praktis untuk memantapkan pilihan ke dunia pasca sekolah yang identik dengan high cost.

Rokok, Candu Sejuta Umat



Berbicara tentang rokok, seperti berkenalan dengan illusionis. Bagaimana tidak, ada tidaknya rokok, sepenuhnya karena manusia. Bukan rokok yang memaksa manusia untuk memujanya. Sebagai benda mati, dia (menurut versi saya pribadi) telah menasbihkan diri sebagai illuionis tersukses sepanjang sejarah paradaban manusia. Percaya?


Alkisah bermula ketika saya bergerilya mencari jahe untuk tenggorokan saya yang sedang bermasalah. Sampai di suatu toko, akhirnya dapat juga. Sambil menunggu kembalian, ada seorang mahasiswa ITS datang.

“Beli apa Mas?,” tanya pemilik toko.
“Rokok xxxx sebungkus,” jawabnya ringan.

7 May 2010

Hidup Mahasiswa! Hidup Dolly!

Jika mental itu bisa diibaratkan seperti sebilah pisau, maka waktu adalah pengasah paling dominan yang dapat membentuk mental itu setajam silet. Sedangkan pribadi dan lingkungan adalah pusat kendali kemana pisau itu akan diayunkan, untuk kegiatan yang bermanfaat atau malah merugikan. Namun di tempat ini, mental itu tampak seperti paduan ironi dan paradoksal. Ganjil dan menyayat nurani.


Namanya Catur. Tubuhnya ceking, bahkan teramat kurus untuk anak seusianya. Sekilas, tidak ada yang istimewa pada siswa kelas I SD ini. Kelakuannya, sepadan dengan teman sebayanya. Sinergi kompleks dari dua kata : nakal dan susah diatur. Istilah keren Suroboyonya adalah mayak! Namun dibalik super kenakalannya tersimpan intan yang tersembunyi di dalam dirinya.