31 Oct 2012

Polisi yang (di)Su’udzan(i)


Beuh...Hei, my honey buney blogeiy....

Saya penat, benar-benar penat menulis. Karena penat, saya jadi jarang menulis di sini. Nah, mumpung dini hari ini saya lagi amnesia ehhh insomnia, patutlah jika otak saya tidak bisa istirahat. Anehnya, ia justru berkeliaran kemana-mana, ia keluar dari kerangkeng. Ia kabur dari penjara.

Eh, ngomong-ngomong nich, hari ahad kemarin saya bersama seorang kawan berhasil melalui sebuah kejadian luar bisa. Saat itu, alien dari luar angkasa menyerbu ke Bumi. Mereka ingin menguasai Bumi. Kami tak mau tinggal diam menyaksikan sebuah penindasan pada manusia. Kami harus berjuang mengusirnya! Dan kami, hanya kami berdua berhasil menghajar semua alien itu. Mereka pun pulang kampung ke halaman planet asalnya deh. 

Ehhh...Tuh kan, jadi nglantur kan? Kenapa kalian tidak mengingatkan sih? Itu kan cerita kawan saya saat saya tanya mengapa telat mengembalikan sepeda motor. Jawabnya ya itu tadi: Alien menyerbu Keputih, jadi ia telat karena harus membasmi mereka dulu. #hening

Ciyus? Jika kalian tidak percaya, nanti saya sebutkan namanya. Untuk sementara saya lebih suka memanggilnya Hanggono, ini nama samarannya dia dalam dunia persilatan alay-kwondo.

23 Oct 2012

Kemana Dia?

Dia menghilang sejak lama. Entah mengapa, entah dimana dia, entah bagaimana dia bisa menghilang dan untuk apa dia lenyap. Jadi, bebas dong kita berkesimpulan dan menebak-nebak ke arah mana semua jawaban atas pertanyaan di atas. Lalu, terjadilah dialog ini.

Mengapa dia menghilang?

Mungkin dia nggak punya pulsa buat bales SMS. Atau dia malu karena salah potong rambut? Atau dia botak?

Gak. Dia gagal operasi plastik.

Hahaha..

19 Oct 2012

Absurdisme




#1
Telingaku mendengarkan kata itu lagi. Rasaku kembali pada makna kata itu lagi. Pikiranku merajalela pada masa lalu tentang hal itu. Kisah itu terulang lagi, tersaji ulang di depan mataku. Hingga tak sadar semua memori itu tumpah. Berceceran tak berkesudahan sampai dini hari. Sampai hawa hari ini pun lenyap karenanya.

Dunia kembali menjadi sempit. Langkah terbatas. Nafas tersenggal. Waktu pun turut berhenti berdetak. Hingga ku sadari itu adalah kenyataan. Itu tentang neurosis. Maaf.

#2
Inila penyakitnya bujang lapuk. Di dalam naga menjalarkan roda besinya. Ada teman yang ingin menyalin beberapa file serta film. Dengan kapasitas 250GB, hardisk eksternal itu hanya bisa menampung lima file saja. Mengapa?

Setelah kita cek isi hardisknya, ternyataa...Hardisknya dipenuhi dengan file video sesuatu yang teramat banyak. Kita berdua hanya bisa tertawa keras sementara si pemilik hardisk itu tak menyadarinya. Saya pun hanya bisa jahil sambil teriak lantang.

“Itu penyakit! Segera lekas nikah sana! Dasar bujang lapuk!”

#3
Ini tentang adik les-lesan yang saya ajar. Dia kelas 3 SMP, tapi tinggi dan berat badannya melebihi saya. Suatu saat kita belajar Fisika tentang listrik. Dia tanya, “Kak, kata ‘pengganti’ itu pake ‘g’ satu apa dua”. Saya kaget sambil terdiam sebentar. “Pake ‘g’ dua dik, kalau satu nantinya bacanya ‘penganti’”. Itu jawabanku sambil menggerutu dalam hati.

12 Oct 2012

Book of Alay


Mula-mula muncul banyak keterkejutan. Lalu, kaget kepalang. Dan seterusnya menjadi sebuah paduan ironi, terharu dan dipenuhi oleh pikiran alay. Antara nyata dengan ilusi. Seperti heroin dengan bubur kacang ijo. Gak nyambung. Koplak.

Inilah sebuah kisah tentang Buku. Sebuah legenda buku Alay.

Alkisah pada zaman dahulu hiduplah seorang perempuan yang kesehariannya selalu diliputi dengan dunia alay, alay dan alay. Baginya, filosofi alay adalah visi hidupnya sekaligus teman sejatinya. Alay adalah bagian dari separuh hidupnya. Menjadi sosok yang menemaninya dalam setiap langkah dan setiap malamnya.

Pada suatu hari, dia berjalan dari utara ke selatan untuk mencari kedamaian. Berhari-hari ie manapaki langkahnya. Beraneka ragam hal ia temukan dalam perjalanannya. Mula-mula, ia menemukan sebuah lautan rumput hijau yang sangat luas. Kedamaian hatinya ia temukan dalam saat telentang di tengah hamparan hijau itu.