22 May 2013

Dialog Ramdom

#1 (selesai menjelaskan panjang lebar)

Aku: Sudah sampai di sini ada yang ditanyakan?

A: Ada Mas.

Aku: Apa? Silahkan ditanyakan saja.

A: Tahu gak sih Mas, barusan aku tidur gak nyimak penjelasan dari Mas.

B: Itu bukan Tanya, tapi curhaaatttt!

Aku: (campur ngakak dan dongkol)



#2 (di atas motor, telephone bordering berkali-kali)

Aku: Halo? (tanpa melihat siapa pemanggilnya sambil terus jalan)

Dia: Bos, lagi santai gak?

Aku: Iya, santai kok. (santai nyetir batinku)

Dia: Bisa minta tolong? Bantu kerjain soal UTS-ku. Aku jarang masuk jadi gak ngerti.

Aku: Mata kuliahnya apa? Bbm aja soalnya.

Dia: Pompa.
Aku: *skak mat di tempat* hehehe..sori kalau Pompa aku gak bias, dulu aku dapet jeleeek.

Ceritanya, dia adalah teman SMP yang sedang kuliah LJ tapi tidak di ITS.
 

The Power of PELET

Mana ada sih orang kepelet ngaku kalau dirinya kepelet? Kalau memang ada, pasti Partai Dukun Indonesia tahun depan laris manis jadi caleg, bisa kalah tuh semua caleg professional atau pun yang abal-abal macam artis. Wanda Hamidah, Rieke Dyah Pitaloka, Jokowi, Farhat Abas sampai Dede Yusuf lewat dah semuanya.

Tapi ya itu tadi, mana ada orang pelet ngalahin dukun pelet? Bisa-bisa, para dukun duduk di kursi DPR menggantikan para legislative yang lagi sibu merumuskan UU anti pellet-memelet. Lalu, apa jadinya jika para dukun itu membentuk kabinet yang dimana presidennya juga seorang dukun?

Katanya sih, kekuatan pelet itu menyeberangi lautan segala. Dulu, pas ada tragedy Sampit, katanya ada pelet dari Madura yang menyerang sampai ke suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Keren ya pelet itu? Ngalah-ngalahi rudal balistiknya Korea Utara.

 Melet pun banyak caranya, dari yang “hanya” menggunakan jampi-jampi, meminjam organ tubuh yang mati misalkan kuku, rambut, dsb, ada juga yang hanya dengan menggunakan kedipan mata. Ah masak dengan kedipan mata bisa melet? Coba tanyakan pada Eyang Subur.

Dan, ada yang lebih canggih lagi metode pelaksanaan pelet yang baik dan benar tanpa meninggalkan secuil sidik jari pun! Caranya gimana? Hanya dengan modal kebaikan dan kebijaksanaa, begitulah kalimat yang tertera dalam jimatnya.

Gak percaya? Ini buktinya.






Oh yah, ini bukan pelet untuk memancing lho ya. Bukan!

9 May 2013

Opposite



Bagi saya, laki-laki yang memiliki kepribadian untuk "berpartisi hati" adalah hal yang lumrah, walaupun bukan hal yang harus dimaklumi. Hal itu wajar, tapi bukan berarti saya setuju. Jadinya, saya sendiri tidak kaget saat menemukan beberapa teman saya yang tiba-tiba putus-nyambung dengan pasangannya bak main layangan, atau yang gonta-ganti cewek setiap ganti tahun. Cowok playboy, istilah gaulnya. 

Fenomena itu bagi saya adalah hal biasa, karena sering saya temui walaupun berkebalikan dengan prinsip hidup saya. Namun, seminggu yang lalu saya mendapati hal yang lebih dari sekedar berkebalikan biasa. Saya mendapati seorang palygirl, yang justru dengan ringannya bercerita tentang mantan-mantannya yang seperti gerbong kereta api. Ia bercerita dengan nada memelas, meratapi jalannya, mengeluhkan dirinya sendiri dan terkadang tertawa riang. Membuat pikirian saya menyinyir ria.
Segampang itu kah menempatkan hati orang? Itu hati apa siomay?

Pernah di suatu hari, dia bertanya "Apakah menurutmu Luna Maya melakukan kesalahan saat merebut Ariel yang sudah berumah tangga". Pertanyaan ini diajukan saat dua artis itu belum terjangkit kasus "itu". Dia mempertanyakan soal perselingkuhan yang bagi saya seharusnya tidak patut ditanyakan!

Bagaimana saya harus menjawab? Mendadak saya menjadi emak-emak biang gosip.

Pernah juga ada seorang teman dengan lantang dan pede banged berkelakar seperti ini, "Hari gini masih mikirin keperjakaan?" #makinmupeng