27 Jun 2010

Alhamdulillah :)


Alhamdulillah…..
Satu ucapan yang sungguh luar biasa untuk mengambarkan bagaimana perasaanku hari ini J.  Setelah 2 pekan berjuang diantara hidup dan mati. Dunia serasa mirip zombie world.  Makan tidak teratur. Tidur sangat kurang dan tekanan batin yang sungguh extra pressure. Ketakutan dengan nilai E yang menggantung bak kuntilanak satu RT memburu satu manusia bernama Huda. Huft, intinya sungguh melelahkan sekali!

Tugas Perencanaan Elemen Mesin (PEM) sukses membuat hidup saya 90% untuknya. PEM, mengalihkan duniaku. Ini adalah mata kuliah momok bagi seluruh mahasiswa Mesin ITS. Banyak mahasiswa yang “tersandung” dan molor lulus gara-gara mata kuliah maut ini. Ada yang harus ngambil dua kali, tiga, empat, lima kali itu biasa. Bahkan ada angkatan 2004 yang masih ngambil mata kuliah ini! Duh, seninya kuliah di kampus pejuangan memang harus berjuang habis-habisan. Meminjam istilah teman, diberdayakan sampai tidak berdaya.

19 Jun 2010

Ketika Insinyur Juga Berbisnis

Kuliah di kampus teknik itu banyak seni dan tantangannya. Tak hanya seni menghafalkan ribuan rumus dan berjuang untuk lulus tepat waktu. Lebih dari itu, bagi saya Engineering itu paduan dari sains, seni dan teknologi. Ada sebuah seni tersendiri ketika otak kiri harus beradu dengan otak kanan. Dan pertunjukkan seni itu akan nampak lebih memukau ketika anda menjadi pemeran seorang technopreneur.

Konon kata Mbah Dukun, kuliah di kampus teknik itu susahnya minta ampun. Banyak calon mahasiswa yang mundur akibat jampi-jampi berupa stigma negatif tersebut. Masih kata Mbah Dukun, “Terlebih kuliah di ITS”. Selaras dengan nama panggilannya, Kampus Perjuangan. Untuk menjadi seorang Insinyur, setiap mahasiswa harus rela berjuang habis-habisan layaknya Gatotkaca yang di-godhok di kawah Candradimuka. Sekedar menjadi mahasiswa ITS saja, kita harus berjuang menyingkirkan ribuan pendaftar lainnya. “Untuk masuk di ITS itu sangat susah, namun untuk bisa keluar dari ITS itu justru yang paling susah,” ujar kakak kelas saya melengkapi pernyataan Mbah Dukun yang masih nampak komat kamit.

Itu adalah sekilas pandangan saya ketika memutuskan untuk kuliah di Kampus ITS. Tidak dipaksa atau memaksakan diri. Bukan pula karena melarikan diri akibat sering gagal masuk PTN, kan tidak mungkin melarikan diri kok malah masuk kandang macan? Ada banyak terobosan teknolgi yang lahir dari tangan insinyur, pikir saya. Insinyur itu adalah sosok perpaduan antara sains, teknologi dan seni. Ya, bisa dikatakan saya terlalu silau dengan sosok insinyur.

Hampir tiga tahun kemudian...

Dolly Apa Mungkin Bisa?



Iseng-iseng berhadiah, muter-muter Surabaya menjelma ide tulisan. Alkisah pada sebuah negeri Buaya, eits kota Surabaya maksudnya. Lagi panas nan menyengatnya kota Surabaya, saya bersama dengan seorang kawan bernama Sinichi Kudody Vicktorio Sprite menyusuri sekitar 50 km perjalanan. Dimulai dari jurusan kita, Mechanical Engineering Sepuluh, Nopember Institute of Technology merayap satu demi satu jalan di Surabaya.

Beradu dengan para biker jalanan Surabaya selalu menantang bagi saya untuk tidak mau kalah. Salib menyalib menjadi satu, hehehe. Walaupun jalanan Surabaya tidak mungkin mengharamkan kata “macet”, namun hidup 6 tahun di Kota Pahlawan mengajariku harus lebih cepat dengan orang di sebelahku. Siapa cepat, dia dapat. Gak nyambung ya?

Jalan Kertajaya, Kertajaya Indah, Sulawesi, Dinoyo, Polisi Istimewa, Dr Soetomo, Indragiri, Adtyawarman, Mayjen Sungkono, Dukuh Kupang. Nah di sinilah keanehan terjadi. Di urut paling ujung, ada gedung TVRI, ada Alfamart yang telag berubah menjadi Carrefour, Islamic Center dan Dolly. Wooow, Dolly guys…

18 Jun 2010

Apa Kelebihanmu?



Kemarin ada teman bertanya begini, “Da, kelebihanmu itu apa? Yang paling menonjol menurut kamu sendiri.”.

Aku berfikir sejenak, kira-kira jawaban apa yang tepat dan representative untuk diriku. Mikiiiirrrr lama.

“Banyak sekali, Kelebihan hutang, kelebihan berat badan (padahal tubuh juga cuman se-cemiti??), kelebihan nilai jelek,” jawabku mencoba bijak tanpa terbebani.

“Wah, dirimu terlalu merendah Da,” balasanya

Lha terus jawabannya apa? Pikirku lagi. Coba dikasih alternatif jawaban seperti pilihan ganda ujian, pasti uda akan ku pilih jawaban e. bssd (bukan salah satu diatas).

Mikir lama lagi. Ahai, aku dapat jawabannya.

“Kelebihanku cuman satu, kelebihan kekurangan,” ujarku penuh kemenangan.

12 Jun 2010

Nilai D? Bukan Akhir Segalanya Kawan



Sejatinya, kuliah itu adalah bagian dari menuntut ilmu.Ya, menggali ilmu untuk digunakan sebagai sarana memecahkan persoalan kehidupan manusia. Tapi kenyataan itu selalu berbeda dengan teori. Justru hal utama yang ingin dicapai mahasiswa adalah mendapatkan nilai setinggi-tingginya, lulus dengan predikat cumlaude dan kerja di perusahaan multi internasional. Gara-gara obsesi ini pula, sering nilai D nampak seperti monster pembunuh nomer wahid mental mahasiswa.


Kampus itu memang lembaga akademik, semua serta terukur secara kuantitaf dan kualitatif. Pun demikian dengan pembelajarannya. Mulai dari input, proses dan outputnya pasti menghasilkan angka yang bisa komparasikan dengan lainnya. Angka ini pula dijadikan acuan pokok untuk menginjakkan kaki pada langkah pasca kampus. Dan terkadang, angka ini juga bisa indikator “sukses” tidaknya mahasiswa di kampus. Saking prestisnya, acap kali ada stigma negatif bagi kaum yang berada di bawah garis kemiskinan. IP, itu namanya.