29 Jan 2012

Before The Strom



I know this isn't what I wanted
I never thought it'd come this far
Just thinkin' back to where we started
And how we lost all that we are.

We were young and times were easy
But I could see it's not the same
I'm standing here but you don't see me
I'd give it all for that to change

And I don't want to lose her
Don't wanna let her go
I'm standing out in the rain
I need to know if it's over


Cause I will leave you alone
Flooded with all this pain
Knowing that I'll never hold her
Like I did before the storm


Before the storm

With every strike of lightning
Comes a memory that lasts
And not a word is left unspoken


As the thunder starts to crash

Maybe I should give up
I'm standing out in the rain
I need to know if it's over
Cause I will leave you alone



Flooded with all this pain
Knowing that I'll never hold her
Like I did before the storm
Trying to keep the lights from going out
And the clouds from ripping out my broken heart

We always say
A heart is not a whole
Without the one who gets you through the storm
Standin' out in the rain


Knowing that it's really over
Please don't leave me alone

I'm flooded with all this pain
Knowing that I'll never hold you



Like I did before the storm
Yeah
Like I did before, the storm





*) sound's good song :D

28 Jan 2012

Galau Edan



Hoe: "Mas, saya lagi galauuu..."

Dia: "Oh..galau kenapa? Mau saya bantu nyariin talinya?"

Hoe: (shock sebentar) "Galau,..Enak'e pake baygon apa tali ya?"

Dia: "Ehmm..itu tukang jagal di pasar ada banyak, pake jas mereka kayake lebih cepet"

Hoe: "Bakal berdarah-darah dong? Pake strum tegangan tinggi kayake bisa. Di Elektro mungkin ada"

26 Jan 2012

(Tentang) Lelucon Mayat


Buku yang saya temukan di bawah tetumpukan barang-barang bekas ini sungguh membuat saya ndak habis pikir. Ini buku tentang sisi lain dunia mayat, fisik manusia yang sudah tidak bernyawa. Kadang gilo, kadang ngeri, pengen muntah dan lucu. Aneh kan? Si penulis sangat piawai meramu hal tabu dengan tulisannya yang semi humor, tapi tetap ilmiah.

Bayangkan, ada satu bab yang berisi tentang bagaimana para dokter "belajar" tentang permak wajah dengan menggunakan mayat kepala saja. Ya, mayat kepala saja yang diambil dari tubuh manusia dengan cara digergaji. What? Jijik coi. Tapi si penulis bisa meramu dengan bahasa yang natural, tidak menjijikkan. Sampai pada komentarnya saat melihat gelondongan kepala bertumpuk seperti pameran. Dia hanya berkomentar, "buruk sekali potongan kepalanya, gergajinya tidak bagus, terlalu kasar"

Alamaaakkk....Kudu muntah!

Ada juga bagian sejarah gelap kedokteran dunia zaman dahulu. Saat praktek bedah masih baru seumuran jagung, praktek pembedahan tidak mendapatkan ijin legal dari gereja (karena dianggap dosa, jika tubuh manusia diceraiberaikan), maka para dokter pun menggunakan mayat manusia secara ilegal untuk dijadikan kelinci percobaan. Mayat yang digali secara ilegal di kuburan. Sampai ada jasa penggalian kuburan yang bergaji hingga 14x lipat UMR kala itu.

Ada kalimat yang paling saya suka di buku ini. Ini kenyataan abad ke-18 ketika harga mayat sangat mahal di dunia medis, hingga berimbas pada mahalnya biaya kalau hendak kuliah di Fakultas Kedokteran (hal ini juga dialami di negara kita).

"Bahkan di negara bagian California selatan, biaya masuk universitas kedokteran pun tidak harus dibayar dengan uang, bisa digantikan dengan sejumlah mayat"

Mau baca buku ini? Pastikan anda tidak sedang makan, ingin makan atau malah belum makan seharian. Dijamin nafsu makan turun, cocok untuk terapi diet :P

Sebuah resensi ngasal dari buku berjudul "Stiff: The Curious Lives of Human Cadavers Author" karya Mary Roach, seorang jurnalis. Masih ngasal karena belum selesai baca :)

23 Jan 2012

3 Buku, Lekaslah Lahir



Membuntuti terus. Senantiasa bergelayut paksa. Dan semakin memaksakan untuk selalu tampak, membebani dan bergelantungan. Inilah tiga amanah penulisan yang belum kelar-kelar. Ya Allah, hanya tiga buku, tapi kok ya berat sekali rasanya?

Sekata demi sekata, begitu kata Bang Satria Nova ketika menyemangati saya waktu buat buku "patungan". Dari kata jadilah kalimat, lembaran dan viollaaaa jadilah sebuah buku. Adoooh, nulis satu kata kok yo masih susah, gimana mau satu buku? helllooo? Ada yang bisa nolongin saya ndak?

¬ Buku "Memoar ITS 1957-1970", bersama tim Djoeng yang masih terus berDjoeang mengumpulkan data dan tulisan. Cemungudh ea para CB+1. Ini skuad terdiri dari girlsband Lantai 6 dengan 1 penari latarnya, haha. Ayo Lutfia, Ima, Eka, Icha, Elita dan Aldrin yang ganteng, perdjoeangan kita belum selesai qaqa.

Guyonan Mereka


Ya Allah, dua pekan ini saya benar-benar mampet nulis. Ide menggelegar banyak, tapi tak satu pun keluar dalam bentuk tulisan. Hanya cerocosan yang membaur dengan bau mulut, lawan bicara pingsan, saya kabur dan...lenyap tertiup angin waktu. 

Sebenarnya, tuntutan nulis juga banyak, ada nulis buku, nulis artikel, nulis cerpen, nulis puluhan LPJ dan juga nulis revisi. Ohhhh, yang bagian terakhir sungguh menjengkelkan. Ia adalah biangkerok dari semua kemampetan ini! Suer deh. (Padahal itu juga salah saya sendiri ujung-ujungnya, hehe)

Tak apalah, sekarang saya bisa menulis lagi. Dengan tempo yang grathul-grathul dan gaya semau gue, biarlah curhatan ini menjadi sebuah untaian kalimat yang bermakna (cieleee, belagu amat). 

------------------------------SERIUS MODE: ACTIVED-----------------------------------

Biarlah rasa tanya itu mengendap paksa dalam dikotomi pikiran ini. Hingga jawaban tentang dunia, yang selalu dipertanyakan manusia hadir dengan sendirinya, tanpa dikejar, tanpa dipaksa. Memaksakan sekali memang. Tapi, terkadang itu adalah keharusan. Ketika ruang untuk kemanusiaan yang teramat sempit itu ditodong dengan milyaran tanya. Pasti, ia akan tak terbendung juga kan?

Biarlah ruang "itu" yang menjawabnya. Ruang, yang tidak penuh dengan logika yang tidak logis. Dirututi oleh jawaban yang tak mampu dinalar, hingga keabsuran dunia yang semakin terlihat nyata. Inilah realita, ketika daya manusia berarti nol. Tiada.

12 Jan 2012

Aku Asli Lamongan Mas


Di dalam rungan 2x3 meter. Ruangan ini terkunci, mereduksi suara karaoke di luar. Riuhan buku hanya terdiam membisu menatap ekspresi kecut kita. Bersama satu orang perempuan cantik jelita yang terus mengumbar senyumannya, saya hanya bisa ikutan tersenyum.

Kita bertiga, bersama dengan seorang teman laki-laki -yang alhamdulillah masih suka perempuan alias normal.  Sebenarnya, perempuan itu adalah seorang PSK beneran. Yang sengaja kita bayar untuk sesuatu banget. 

Pintu kita tutup, "Cklekk"

Saya mengambil nafas pelan, deg-degan. Mengatur ritme dan mood. Seumur-umur saya tidak pernah dalam satu ruangan tertutup dengan perempuan bukan muhrim (kalau laki-laki sering, hahaha). Kan saya harus jaim, jangan sampai justru terjadi hal-hal yang saya inginkan (nahlho?).

Pertanyaan pertama dalam benak saya: jika ada dua orang bukan mukhrim berada dalam tempat sepi, maka orang ketiga adalah setan. Nah, ini siapa setannya? Dibandingkan teman saya yang sangat ustadz sekali, sepertinya saya harus sadar diri memberi kesimpulan pada diri saya sendiri. #apes

9 Jan 2012

Langkah Kecil

Biarlah waktu hinggap dan pergi dengan sesukanya
Barang sekejap langkah kita meninggalkan jejak
Tak apalah senja itu menggerus pagi
Jika ada nafas kita yang memberikan makna

Cukuplah rima waktu menembus fana
Hingga raga bisa menorehkah manfaat
Sebuah cerita yang bisa memberikan makna 
Dalam desiran langkah kecil

4 Jan 2012

Teramat Manja



Menengadahlah kepalanya ke pelataran langit. Sunggingan senyumannya menyibak kebekuan malam ini. Lincahan kakinya merebakkan aroma semangat dalam rintihan tangis hujan yang tiada henti. Dari lagaknya, sepertinya dia masih sekolah SD. Meratap-ratap dari satu motor ke motor lain, di bawah lampu merah ini. Ia mengamen. Hingga jam setengah sebelas malam ini. Entah dari jam berapa. Ia masih tersenyum.


Tapi kok saya masih saja mengeluhkan perjalanan 40 menit yang akan saya lalui di depan sana?


¬¬¬¬¬¬¬

Di bawah bangunan berupa peraduan kapal raksasa yang menjulang gagah. Seorang pria dengan baju lengan panjang, berdasi, bercelana kain dan sepatu pantovel menggendong seorang bayi. Pria berkacamata itu menimang-nimang dalam pengapnya hawa kota Surabaya. Di bawah gedung NASDEC, ia menggendong bayinya. Spanduk di depannya melambai-lambaikan nuraninya, "Selama Datang Peserta Seminar ******* ". Oh, dia masih tidak melupakan bayinya di tengah aktifitas formalnya.


Baru kali pertama saya melihat seorang bapak menggendong bayinya di kampus ITS. Suer!


¬¬¬¬¬¬

Arah meliuk, mengularnya punggung hitam legam aspal ini sungguh mendebarkan. Juga dengan aku yang tengah beradu dengan rintikan hujam dan gelapnya malam di atas kuda besiku yang tercantik sedunia-akhirat ini. Memandangi depan, samping kanan-kiri, juga atap langit yang kelam di atas sana. Selepas landas, sekitar 15 menit di jalan, ada sebuah sepeda motor berhenti mendadak. Pengemudi tidak meminggirkan kendarannya, tapi ia agak menengah. Dari arah belakang, seorang laki-laki dengan kulit sawo sangat matang, wajah kusam dan rambut acak-acakan berjalan pelan menuju pengendara motor itu.