Banjir di Ruang Tengah |
Kemarin rumah kami -lebih tepatnya kontrakan, kebanjiran.
Air merembes dari atas plavon memenuhi seluruh ruangan dalam rumah. Teras penuh
bletokan (kotoran dari got), ruang tamu menggenang air kuning, sampai ruang tidur
juga tak luput dari jamahan air. Lima kasur kuyup, baju dua lemari kepeh, sofa bermandi
ria, genangan dimana-mana.
Malam itu kami tidur dengan air masih tetap menggenang, menunggu
hujan reda hingga keesokan harinya.
Pagi-pagi saya ke atap rumah. Dan ternyata talang airnya
penuh dengan daun. Balada suami muda yang gak ngerti dunia pertukangan dan per-rumah-an.
Hehe. Akhirnya saya beresin semua, plus ditambal bagian talang yang bocor.
"Hujan dan banjir di rumah". Dua kalimat nostalgia
yang sama-sama kami entas dari masa lalu. Malam-malam setelahnya, kita saling
bercerita tentang rumah orang tua kita -juga langganan banjirnya.
*******
"Atap bocor itu biasa, Yah. Setiap hujan, air masuk
dari bawah lantai juga dari atas genteng," ujar istri mengawali cerita.
Dulu, setiap musim penghujan dan setiap hujan, rumah istri
yang lebih rendah daripada rumah di sekitarnya, menjadi langganan banjir karena
usia memakan kualitas material genteng dan plesterannya.
"Kita tidur ndempis (mojok) di ujung kasur, supaya gak kena tetesan
air bocor. Sementara air menggenang di bawah. Besoknya nyeroki air sampai bersih,"
tambah istri.