2 Feb 2017

Cerita Kita (3): Seribu Wajah Parenting



Kekhawatiran itu muncul lagi Serupa tukang pos tiap pagi, ia datang mengantar pertanyaan tanpa jawab yang menjulur pada hati yang was-was. Adakah ilmu pakem untuk orang tua dalam membesarkan anak? Istilah, ilmu parenting.
 ****

Kita duduk bertiga, dalam ruangan ber-AC sekitaran pukul 10 malam.  Mereka berdua masih berusia belasan menjelang dewasa, anak kelas XII SMA yang berjuang mendewasakan diri. Dialog dimulai. S: saya, A1: anak pertama cowok, A2: anak kedua cewek.

S: Mood turun atau fase down itu biasa. Apalagi kalian masih hitungan remaja menjelang dewasa. Jutru kalau nggak naik-turun, namanya bukan manusia. 

A1: Bener, kamu fokus pada kelebihan, jangan menangisi kekurangan. Manusia kan pasti ada paketan kelebihan-kekurangan.

A2: Tapi apakah sifatku yang kayak gini itu ada hubungannya dengan masa kecilku yang sering melihat kedua orang tuaku berantem setiap hari? (Lalu, A2 bercerita panjan lebar tentang orang tuanya yang cekcok dari dia kecil sampai cerai. Berada dalam strata ekonomi atas, keduanya dokter spesialis, keluarga besar tanpa catatan cerai, tidak menjadi jaminan usia pernikahan. Lalu, anaknya menanggung masa lalu yang rumit, kelam dan tidak sehat)

A1: Aku juga mengalami hal sama. Tenang, kamu nggak sendirian kok.

S: Iya, aku juga mengalami hal yang sama. Walaupun dalam cerita yang berbeda dan kadar yang berbeda pula. Eh...waaah kita sama bertiga nasibnya (guyonan garing biar suasana tidak terlalu melankolis)

Cerita berlanjut kemana-mana, tapi memberikan pesan: wahai para orang tua, berhati-hatilah dengan tindakan dan ucapanmu, karena anakmu adalah cermin paling berkilau yang akan berubah sesuai pantulanmu.

Karena selama mendampingi anak-anak ini, akar masalah mereka dalam belajar adalah masalah dengan kedua orang tuanya.

*****

Menjadi orang tua adalah kebahagiaan, bagiku sejauh ini seperti itu. Menatap wajah polos Mbak Denisa setiap hari adalah obat segala penyakit dan kemalasan. Mendengarkannya menangis, adalah cara berbahagia lain yang tak ternilai. Intinya happy terus, apalagi pas dikirimi bunda berupa video tembemnya. Uhhh..lumer deh.

Akan tetapi, menjadi orang tua (utamanya) adalah amanah. Sebuah titipan dari-Nya yang diamanahkan kepada kita untuk dijaga, dirawat dan di-anakmanusia-kan. Nah, poin ini yang sering bikin bertanya-tanya. Kira-kira, apakah saya bisa menjadi orang tua yang amanah? 

Belum berhenti sampai di situ. Ada ribuan pertanyaan berawalan "bagaimana" yang menusuk pikiran alam bawah sadar. Dan sampai sejauh ini saya percaya, tidak ada rumus baku dalam parenting. Bukan berarti semua samar alias tidak jelas, tapi kita hanya perlu menentukan satu dari sekian rumus parenting dan beristiqomah. Nah, sampai di sini kita bertemu pada jawaban yang makin memperbanyak pertanyaan. Argh.

Entah apalah nanti masa depan akan berbicara, ada sejulur keringat hari ini yang mewarnai esok. Semoga kita diberikan kekuatan, ilmu, ketabahan, dan keberkahan dalam membesarkan Mbak Denisa dan dedek-dedeknya kelak.


*) maaf Bund, malam-malam nggak tidur, malah blogging nggak jelas

1 comment:

Eka S said...

Bismillah ya ayah. Sama2 berjuang. Semangat 😍.

Ini gara2 digigit nyamuk gak bs tidur trus nulis ta? Hahaha

Post a Comment