Kalau boleh membandingkan, menulis opini seputar teknologi itu jauh lebih menantang daripada tema lain. Selain karena status saya masih mahasiswa yang cekak dalam ilmu, alasan paling rumit adalah tantangan membahasakan bahasa jurnal menjadi bahasa umum. Dari bahasa langit menjadi bahasa bumi, peribahasa ciptaan saya. Jadi jangan kaget jika tulisan ini cenderung tidak tahu aturan. Karena tidak menganut tata aturan penulisan laporan praktikum.
Secara sadar, isu tentang Global warming dan krisis energi bukan hanya menjadi gosip hangat untuk sekedar dibicarakan. Oleh karenanya, gosip yang semakin panas itu harus segera didinginkan. Tidak hanya bagi orang yang berkuasa namun bagi semua makhluk yang merasa hidup di Bumi. Juga bagi para ilmuwan dan insinyur. Karena efek yang dirasakan juga serupa roller coaster bencana bagi penghuni planet ini. Beruntun dan tak kenal wilayah.
Rasanya aneh sekaligus menyeramkan tahun ini kita tidak merasakan musim kemarau. Untung saya kuliah di Surabaya, musim hujan menjadi penghapus dahaga. Teringat kemarau Surabaya empat tahun lalu, menjelang jam 11 keatas, bangku kelas pun serasa kasur. Tapi apa kata nelayan? Musim hujan adalah diskon penghasilan. Atau bahkan musim tanpa penghasilan. Dan menurut Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena ini akan berlangsung sampai puncaknya tahun 2012. Wow, Surabaya harus siap-siap kebanjiran tiap bulan.