21 Oct 2010

Dari Tantangan Walikota Berbuah Kemenangan


Satu lagi terobosan karya mahasiswa ITS tentang energy terbarukan. Dalam ajang Indonesian Mechanical Innovation Competition (IMIC) 2010, dua karya mahasiswa ITS menborong juara I dan II dalam kategori Alternative Energy Competition (AEC). Melalui sebuah mini power plan (pembangkit listrik, red) tiga mahasiswa Teknik Mesin ITS, Nur Huda, Dody Vicktorio Fanta dan Mirza Ghulam Indra Laksana ini mendapat tantangan dari Walikota Surabaya untuk memecahkan persoalan sampah Surabaya.

   
Kampus ITS, ITS Online - Wajah tiga mahasiswa ini terlihat berkerut memikirkan jawaban yang akan dilontarkan. Karena yang menanyakan bukan sembarang orang, dia adalah orang nomor satu di kota Surabaya, Ir Tri Rismaharani MT. Walikota yang akrab disapa Risma ini menantang agar alat yang mereka buat diterapkan untuk menyelesaikan persoalan sampah kota Surabaya. “Bagaimana kalau sampah seluruh Surabaya kalian urus dengan alat ini?,” ujar Walikota yang juga alumnus ITS tersebut.

Sementara itu Prof Dr Ing Ir Herman Sasongko, Ketua Jurusan Teknik Mesin memaparkan sebenarnya bisa diterapkan namun biayanya akan sangat mahal untuk pengelolaan sampah di kota sebesar Surabaya. Herman mengatakan, diperkirakan butuh dana lebih dari 500 juta untuk menwujudkannya. “Apalagi yang masih kita lakukan baru skala labolatorium,” ujar Mirza Ghulam Indralaksana, salah satu anggota tim.

Cukup beralasan Walikota Surabaya tertarik pada alat inovatif tersebut. Menurut mahasiswa angkatan 2007 ini menjelaskan, alat yang mereka kembangkan merupakan sebuah alternatif dalam pengolahan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan cara membuat sebuah mini power plan, alat yang dinamakan Wazer (Waste Electric Energyzer) mampu mengubah sampah menjadi listrik. “Selain menjadi sumber pencemaran udara, bau dan sumber penyakit, sampah juga menjadi persoalan kota yang serius,” imbuh mahasiswa asal Malang ini berargumen.


Teknik yang mereka terapkan adalah melalui gasifikasi. Secara ilmiah gasifikasi adalah proses konversi biomass secara thermokimia menjadi gas yang memiliki nilai bakar dengan cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Dari pengaturan secara temperaturnya diharapkan bisa didapat dari gas H2, CO dan CH4 yang lebih besar. “Dimana karakteristik dari ketiga gas tersebut mudah terbakar,” kata Mahasiswa Berprestasi Teknik Mesin tahun 2010 tersebut.

Kemudian gas tersebut akan dialirkan untuk memasok bahan bakar mesin diesel dual fuel bersama dengan solar. Dari substitusi bahan bakar tersebut, maka secara tidak langsung dapat mengurangi konsumsi bahan bakar solar. “Dari percobaan, gas tersebut bisa menggantikan solar sampai 70% ,” ungkap mahasiswa berkacamata ini.

Tidak hanya mengubah sampah menjadi listrik, pembangkit listrik mini ini juga didesain memiliki bagian untuk memisahkan sampah. Karena sampah sendiri memiliki jenis dan karakter yang berbeda-beda. Sementara itu yang digunakan pada proses gasifikasi hanya sampah organik. Maka dibuatlah bagian bernama crusher yang berfungsi untuk memotong sampah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. “Juga ada rotary screen yang akan memisahkan jenis sampah berdasarkan massa jenisnya,” imbuh Dody Victorio Fanta, anggota tim yang lain.

Ada alasan tersendiri mengapa tim ini memakai metode gasifikasi. Alasan utama adalah minim polusi. Dalam proses gasifikasi, hampir seluruh gas sisa pembakaran yang berbahaya atau pun tidak akan disaring pada bagian bernama water srubber dan cyclone. Selain juga praktis penggunaannya, lebih murah dan bisa digunakan dalam skala kecil. “Biaya total untuk pemasangan alat ini sekitar 20 juta. Itu masih bisa berubah tergantung dari skala sampah yang akan diproses,” kata Dody.

Karena kelebihan tersebut, mahasiswa semester 7 ini mengklaim alat ini bisa diterapkan untuk semua golongan masyarakat. Sangat cocok untuk skala pedesaan karena jumlah sampah organiknya melimpah. “Juga dapat mengurangi tumpukan sampah baik dalam skala RT/RW atau dibuat sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa),” ujar Dody.

Karena masih dalam skala penelitian, mahasiswa asli Lamongan ini menjelaskan bahwa daya listrik yang bisa dihasilkan hanya sampai 3 kwh untuk sekitar 15 kg sampah. Semua proses memakan waktu sampai satu jam. “Untuk itu ke depan akan dioptimalkan lagi dengan memvariasikan variable dari sampah yang digunakan,” pungkasnya.

sumber : http://www.its.ac.id/berita.php?nomer=7498

No comments:

Post a Comment