20 Dec 2012

Dua Buku Tawuran, Lalu?



Lama tak nulis di sini, bukan karena tidak ada tulisan tapi karena blogger saya sudah tidak muat untuk diisi lagi. Gara-garanya adalah saya sering memasukkan foto high size tanpa diperkecil. Jadinya, kapasitas 1 GB dari google saya hampir habis. Untuk upload satu foto saja sudah tidak bisa. Jadinya, saya harus menilik seluruh isi blogger saya dan menghapus hal-hal tidak penting.

Di atas itu macam pidato pembuka sebelum saya menulis hal di bawah ini. 

Saya ingin memberitahukan kabar bahagia: anak kedua saya telah lahir 10 November 2012 kemarin. Dengan tinggi 21 cm dan berat 2 ons. Saya sudah menyiapkan nama sejak lama, yakni “Titik Nol KampusPerdjoeangan”. Anak yang sering saya panggil “Buku Djoeang” ini akan menjadi adik dari sang kakaknya “Permata dalam Lumpur” yang sudah berusia 1 tahun 3 bulan.

Cukup lama memang jarak usia antar keduanya. Walaupun kenyatannya, ide awalnya jauh lebih dulu anak kedua. Namun justru anak pertama lebih cepat proses pembuatannya. Selama rentang 1 tahun 3 bulan itu, anak saya yang pertama telah melintasi dari Medan sampai Makassar. Untuk pembaca dari Jawa, tidak perlu saya singgung karena pasti lebih banyak.

Mau pamer dikit boleh? Anak pertama saya kemarin masuk nominasi “Anugerah Pembaca Indonesia 2012” untuk kategori buku non-fiksi. Yah, walaupun pada seleksinya kalah, namun itu cukup membanggakan bagi kami. Keren kan? Saya tahu sombong itu tidak boleh, tapi arogan sedikit tak apa lah.

Oh ya, sebenarnya saya bukan orang tua tunggal lho. Saya penganut paham poligami dan poliandri. Jika anak pertama, saya buat bersama seorang teman laki-laki, jadi kita berdua saja. Nah, kalau anak kedua, dibuat oleh: 2 laki-laki dan 4 perempuan. Kalian boleh tak sepakat dengan perkumpulan sesat ini, tapi kita penganut paham perdamaian kok, kita gak pernah ikut tawuran, apalagi ikut togel.

Dan bukannya saya sombong, cuman pribadi saya memang sangat low profile, jadi saya harus mengakui ini. Di anak pertama, mungkin 60% adalah tulisan saya dan anak kedua 50% adalah tulisan saya. Keren banged kan beudh? Ingat, niat saya bukan pamer, cuman mau sedikit takabur saja.

Kedua anak saya itu berjenis kelamin non-fiksi. Tanpa bumbu hiperbolis, tanpa mendayu-dayu, dan juga tanpa ada unsur drama korea, apalagi sinetron Indonesia. Anak pertama tantang personal experience di Dolly, dan yang kedua reportase sejarah . Benang merah dari keduanya adalah jurnalistik. Hanya berbeda objek.

Selanjutnya, anak ketiga saya bentuknya gimana? 

Sejujurnya saya ingin menulis fiksi yang realistis macam Andrea Hirata, Tere Liye atau dua penulis kakak adik yang super-WOW: Mbak Helvy dan Mbak Asma. Saya juga ingin menulis sendirian, bukan model tawuran seperti sebelumnya. Bukankah monogami lebih indah dari pada poligami/poliandri, dan jauh lebih manusiawi daripada poliklinik.

Bulan Juni atau Juli kemarin, saya pernah mengajukan 17 tulisan fiksi saya ke penerbit buku pertama. Editornya tertarik pada tema tulisanya, namun saya harus merevisi 11 tulisan! Banyangkan, 11 tulisan! Karena saya orangnya moody untuk nulis fiksi, sampai sekarang dari 11 tulisan itu tak satu pun yang sudah saya benahi. Payah atau males?


Surabaya, dini hari 20 Desember 2012
Menanti kelahiran anak ketiga ditemani lagu “All My Love For You” - Girls Generation

No comments:

Post a Comment