Lama tak nulis di sini, bukan karena tidak
ada tulisan tapi karena blogger saya
sudah tidak muat untuk diisi lagi. Gara-garanya adalah saya sering memasukkan
foto high size tanpa diperkecil.
Jadinya, kapasitas 1 GB dari google saya hampir habis. Untuk upload satu foto
saja sudah tidak bisa. Jadinya, saya harus menilik seluruh isi blogger saya dan
menghapus hal-hal tidak penting.
Di atas itu macam pidato pembuka sebelum
saya menulis hal di bawah ini.
Saya ingin memberitahukan kabar bahagia: anak
kedua saya telah lahir 10 November 2012 kemarin. Dengan tinggi 21 cm dan berat
2 ons. Saya sudah menyiapkan nama sejak lama, yakni “Titik Nol KampusPerdjoeangan”. Anak yang sering saya panggil “Buku Djoeang” ini akan menjadi
adik dari sang kakaknya “Permata dalam Lumpur” yang sudah berusia 1 tahun 3
bulan.
Cukup lama memang jarak usia antar
keduanya. Walaupun kenyatannya, ide awalnya jauh lebih dulu anak kedua. Namun
justru anak pertama lebih cepat proses pembuatannya. Selama rentang 1 tahun 3
bulan itu, anak saya yang pertama telah melintasi dari Medan sampai Makassar.
Untuk pembaca dari Jawa, tidak perlu saya singgung karena pasti lebih banyak.
Mau pamer dikit boleh? Anak pertama saya
kemarin masuk nominasi “Anugerah Pembaca Indonesia 2012” untuk kategori buku
non-fiksi. Yah, walaupun pada seleksinya kalah, namun itu cukup membanggakan
bagi kami. Keren kan? Saya tahu sombong itu tidak boleh, tapi arogan sedikit
tak apa lah.
Oh ya, sebenarnya saya bukan orang tua
tunggal lho. Saya penganut paham poligami dan poliandri. Jika anak pertama,
saya buat bersama seorang teman laki-laki, jadi kita berdua saja. Nah, kalau
anak kedua, dibuat oleh: 2 laki-laki dan 4 perempuan. Kalian boleh tak sepakat
dengan perkumpulan sesat ini, tapi kita penganut paham perdamaian kok, kita gak
pernah ikut tawuran, apalagi ikut togel.
Dan bukannya saya sombong, cuman pribadi
saya memang sangat low profile, jadi
saya harus mengakui ini. Di anak pertama, mungkin 60% adalah tulisan saya dan
anak kedua 50% adalah tulisan saya. Keren
banged kan beudh? Ingat, niat saya bukan pamer, cuman mau sedikit takabur
saja.
Kedua anak saya itu berjenis kelamin
non-fiksi. Tanpa bumbu hiperbolis, tanpa mendayu-dayu, dan juga tanpa ada unsur
drama korea, apalagi sinetron Indonesia. Anak pertama tantang personal experience di Dolly, dan yang
kedua reportase sejarah . Benang merah dari keduanya adalah jurnalistik. Hanya
berbeda objek.
Selanjutnya, anak ketiga saya bentuknya
gimana?
Sejujurnya saya ingin menulis fiksi yang
realistis macam Andrea Hirata, Tere Liye atau dua penulis kakak adik yang
super-WOW: Mbak Helvy dan Mbak Asma. Saya juga ingin menulis sendirian, bukan
model tawuran seperti sebelumnya. Bukankah monogami lebih indah dari pada
poligami/poliandri, dan jauh lebih manusiawi daripada poliklinik.
Bulan Juni atau Juli kemarin, saya pernah
mengajukan 17 tulisan fiksi saya ke penerbit buku pertama. Editornya tertarik
pada tema tulisanya, namun saya harus merevisi 11 tulisan! Banyangkan, 11
tulisan! Karena saya orangnya moody
untuk nulis fiksi, sampai sekarang dari 11 tulisan itu tak satu pun yang sudah
saya benahi. Payah atau males?
Surabaya, dini hari 20 Desember 2012
Menanti kelahiran anak ketiga ditemani lagu
“All My Love For You” - Girls Generation
No comments:
Post a Comment