12 Jul 2014

Jejak Politik Soekarno Versi Timur

Parah! Ada suatu masa dimana saya tidak membaca buku sama sekali. Rasanya? Kayak orang ketindihan truk, diam tak bergerak. Ada suatu masa saya merasa sangat sok sibuk sekali, sampai saat otak saya sudah tertindih pun, saya merasa tidak merasa bersalah sama sekali. Hingga tiba di suatu masa, saya menjadi nyaris kehilangan otak kanan. Tak mampu berimajinasi.

Parahnya lagi, dengan target membaca 20 buku dalam setahun, pertengahan 2014 ini saya hanya membaca 6 buku ajaahhh . Bahkan pernah saya dua bulan tidak minat baca sama sekali. *janganditiru*

Daripada saya menyesali berlebihan, bulan ini saya targetkan untuk membaca tiga buku. Mumpung libur ada banyak sekali dan waktu kerja lumayan longgar. Dan sebagai bentuk 'penebus dosa', berikut saya cuplikan beberapa buku yang sudah saya baca. Sekalian mencoba mengingat-ingat kembali bagaimana gaya penulisan saya dulu -yang cukup membahana. *bukansombong*

Soekarno: Biografi Politik



Bagi saya -mengakunya peminat sejarah, rasanya sungguh kepo sekali dengan seluk beluk Sang Proklamator ini. Nah, yang bikin rasa kepo saya ngelunjak, buku ini ditulis oleh orang Uni Soviet! Itu tuh, negara yang luas negaranya hampir menguasai peta dunia. Bisa dibilang buku tulisan Kapitsa M.S berduet dengan Maletin N.P ini adalah profil politik Soekarno versi timur.

Dari buku ini, saya bisa mengerti bagaimana susahnya perjuangan lewat jalur politik ketika zaman itu. Terlepas dari kelemahan beliau, membayangkan bagaimana rasanya dipenjara berkali-kali tanpa kejelasan nasib untuk bebas itu seperti nonton film aksi. Pas beliau dikeluarkan dari penjara di Ende, Flores, rasanya seperti ada 'skenario' ajaib sekali yang menyengajakan beliau agar bisa keluar dan melanjutkan perjuangan beliau di tanah Jawa.

Bagian terpentingnya adalah, buku ini memaparkan pandangan sosialis yang menjadikan alasan mengapa Soekarno menganggat dirinya menjadi Presiden seumur hidup. Penjelasan yang sangat logis sekali, mengingat saat itu kekuatan timur begitu dominan, pun karena kedekatan Putra Sang Fajar dengan Soviet dan Tiongkok.

Karena selama ini saya dan mungkin mayoritas pelajar di Indonesia dicekokin dengan buku sejarah yang memberikan wacana kegagalan sistem orde lama adalah karena keangkuhan Soekarno dengan mengangkat diri sendiri sebagai Presiden RI seumur hidup. Di buku ini, saya berpikir bahwa keputusan itu ada benarnya juga. Mengingat kendali nasional terhadap pemberontakkan daerah sangat kendor. Juga friksi antar parpol dan organisasi yang menginginkan adanya perubahan sistem kepemerintahan. 

Dengan usia RI yang belum berumur 10 tahun, sangat diperlukan sikap tegas pemimpin untuk membereskan semua kerusuhan itu hingga Indonesia siap dengan sistem demokrasi yang sebenarnya. Melihat perjuangan beliau sampai Indonesia merdeka, saya sendiri tak terbersit bahwa ada keinginan dari Soekarno untuk menjadi diktator.

Namun kenyataannya, dunia politik itu keras dan banyak sekali kacamata ideologi yang tercampur-campur. Perbedaan cara pandang inilah yang justru menjadikan perjuangan Soekarno terhenti dengan tragis lewat G 30S/PKI yang sering disebut sebagai ajang Coup De Etat (kudeta). Bahkan kematian beliau pun menyisakan kenangan pahit sejarah bangsa ini -terutama dengan Orba.

Terakhir, beliaulah satu-satunya presiden yang juga penulis buku (sendiri, bukan ditulisin). Menyadari tulisan adalah senjata propaganda, buku menjadi senjata politiknya. "Di Bawah Bendera Revolusi" dan "Indonesia Menggugat" menjelaskan bagaimana kerasanya idealisme beliau dalam memperjuangkan bangsa Indonesia. Yang saya garis bawahi lagi, buku-buku yang sempat dilarang terbit ketika zaman Orba itu ditulisa bukan saat beliau lagi segang, tapi justru ditulis ketika beliau di penjara!

Buku yang berat, namun sangat recommended bagi penyuka sejarah, utamanya untuk mengimbangi pemahaman cara berpolitik Soekarno dari buku-buku dari barat.

No comments:

Post a Comment