Saya jadi teringat film “Doraemon dan
Simbad”. Dikisahkan dalam petualangannya, Nobita dkk bertemu seorang Raja dari
kerajaan yang telah lama menjadi legenda. Diajaklah mereka ke istana emas,
kediaman sang Raja. Jalan menuju istana sangat rahasia, berada di tengah-tengah
padang gurun pasir dan harus melewati goa yang hanya bisa dibuka dengan mantra
ajaib. Sampailah mereka di istana besar berkemilau emas mirip kastilnya Aladin
atau Disney World.
Yaaa...Saya memang tidak menemukan istana
emas di gurun, bukan pula di tengah hutan, apalagi tengah kampus. Tapi ini
adalah kesan pertama saya saat memandang Ponpes Salafiyah “Bihaaru Bahri
Fadlailir Rahmah” yang terletak di desa Sananejo, Turen, Malang.
Bagunannya menjulang sampai 10 lantai,
hingga bisa terlihat dari sudut mana punlantai. Yang membuat mata terculek
adalah warna cat yang sangat kontras, adanya menara yang menjulang tinggi,
serta ramainya pengunjung sampai puluhan bis/mobil antre terlihat menyemut di
mulut jalan.
Ini pondok apa objek wisata, guys?
Gradasi suasana dari luar dan dalam Ponpes
Usut punya usut, dari penuturan Cak Sabar
(juru parkir bis) yang berhasil kita wawancarai, tempat ini adalah paduan
antara keduanya. Di bagian lantai bawah, ada pondok pesantren dan bagian
atasnya adalah tempat wisata. Pengunjung di sini tidak hanya dari Jawa Timur
saja beudh, tapi juga ada yang dari Sumatera, Kalimantan, bahkan hingga dari
Malaysia.
Emang ada apa di dalam pondok itu? Mari
kita telusuri.
Beberapa langkah menuju pintu masuk, kami
disuguhi kemegahan gerbang yang nampak seperti gerbang kerajaan seperti dalam
pilem-pilem kolosan. Ukiran rumit merayap dari dasar dinding gerbang sampai
ujung yang entah berapa meter tinggi. Cat biru-putih kontras mengukuhkan motif
ukiran dari jarak jauh. Dari halaman depan, nampak kemegahan seluruh pondok
berikut dengan menara serta ornamennya. Termasuk sebuah telur raksasa yang
penuh ukiran pula.
Telur Jumbo :)
Memasuki lantai 1, kami disuguhi puluhan
akuarium ikan ukuran ekstra. Mirip kayak akuarium Bonbin Surabaya. Di sini,
mayoritas pengunjungnya adalah anak kecil serta keluarganya. Naik ke atas,
beragam hal kami temukan. Mulai dari ruang keluarga yang super-eksklusif tapi
dibuka untuk umum, meja-kursi antik, telepone kuno, ruang makan, lukisan besar,
ukiran patung, lampu hias klasik, guci ekstra besar, jam gantung raksasa, dan
entah apa saja yang saya lupakan.
Masing-masing laintai biasanya ada
ruangan-ruangan kecil sesuai fungsinya, yang paling saya ingat tentu ruang
keluarga yang jumlahnya paling banyak. Lainnya, seperti ruang pameran yang dipenuhi
oleh barang-barang mewah nan mahal. Misalkan saat kami di memutar memasuki
lantai 4, ada ruangan luas berisi sofa big-size
serta mobil Mercy tua tanpa seorang pun ada di situ.
Ada ruang dapur yang jalan menuju ke sana
sangat mbulet, ada mushola kecil, namun ada pula ruangan sholat besar (mungkin
masjid) yang tepat berada di tengah bangunan. Ada kebun kecil yang dirambati
sayuran pare, ruang istrihat, sampai tempat belanja!
Yap, daya magnet paling kuat buat kaum hawa
di sini tentunya ada tempat shopping!
Di sini jual beraneka macam barang. Mayoritas adalah jajanan khas Malang yang
dijual 10 ribu dapat 3 buah. Namun ada juga kios aneka cemilan/makanan ringan,
kios pakaian muslim, celana, tas, kaos/baju, perhiasan, arloji, sapu tangan, aksesoris
perempuan, cinderamata sampai ada yang berjualan VCD!
Toko Pakaian di Lantai 5
Di bagian puncak, ada gundukan semen tak
beraturan yang menjulang ke atas dan menjadi bagian tertinggi bangunan ini.
Sekilah mirip bentuk gunung (buatan). Dari puncak ini pula nampak menara
pondok, serta gunung Semeru di belakangnya.
Dimana pondoknya?
Ternyata dan oh ternyata, di bagian
terbawah lantai ini ada lantai bawah tanah. Yap, lantai satu saat kita masuk
ternyata adalah lantai 3. Sementara lantai 1 dan 2 berada di bawah tanah. Itu
adalah tempat mondoknya. Saya sempat memasuki area itu, namun jalan tangganya
sangat sepi. Mirip jalan ke bungker bawah tanah. Tak satu orang pun kita temui.
Medeni!
Saat kami keluar dari ruangan ini, kami
melalui sebuah koridor gelap yang mirip selasar raksasa sepanjang 50 meter.
Tinggi selasar ini perkiraan sekitar 20 meter yang jikalau ada trailer mau
parkir, di sini pun bisa. Berakhir sudah perjalanan menjelajahi pondok all in one.
Sepanjang langkah dari awal hingga selesai,
otak saya hanya berpikir satu hal: A.N.E.H!
Otak saya menganalogikan begini, ada pasar
loak yang menjual aneka macam barang bekas. Namun dengan sengaja, di
tengah-tengah pasar didirikan gerai mobil Lamborghini lengkap dengan puluhan
mobil dipajang di showroomnya. Sungguh aneh dan memang aneh sekali.
Jika diestimasikan dengan uang, nilai
pondok ini pasti ratusan miliar rupiah, atau bahkan sampai trilyunan. Ukiran
rumit yang memenuhi hampir seluruh dinding ini, ornament-ornamen antik,
mayoritas barang-barang di dalamnya adalah benda-benda yang sangat mahal.
Untuk apa mendirikan pondok semewah ini?
Versi pondok, tagline pembangunan ini
adalah “Pembangunan didasarkan pada kebutuhan rohani”.
Ribuan wisatawan yang datang ke sini tentu
terheran-heran, ada sebuah bangunan pondok pesantren mewah berdiri di atas desa
kecil dimana tak ada satu pun mall berdiri di situ. Apa mereka ke sini untuk
mengunjungi pondok pesantren? Atau untuk berkunjungi mall?
Entahlah, saya hanya heran saja.
Dalam perjalan kembali menjemput kuda besi,
saya disuguhi kenyataan bahwa keberadaan pondok ini membangun perekonomian
warga sekitar dengan puluhan toko oleh-oleh atau makanan yang memenuhi jalan
masuk ke pondok. Namun, tak sampai 100 meter dari gerbang, ada sebuah sekolah
SD yang atapnya jebol serta ada beberapa pintunya rusak. Bahkan ada satu pintu
rusak parah dimana orang dewasa pun bisa masuk ke dalam kelas tanpa membuka
pintu. Aneh bukan?
*)
versi Fitrop, pondok ini kurang tiga hal: free wifi, tempat spa di lantai 9 dan
arena pacuan kuda di lantai teratas!
No comments:
Post a Comment