8 Mar 2009

Seribu kisah IBF 2k9 (part 1)



Beginilah nasib kami saat ini, tepar di mushola dari ba’da Shubuh sampai entah jam berpa nanti. Setelah dua hari mencoba mengasah kemampuan enterpreaurship dengan mengadakan Islamic Book fair di balai Pemuda sejak jum’at kemarin (5/3), saat ini adalah masa dimana seluruh energi kita harus terrecovery dengan cara yang sangat alami dan manusiawi alias dengan tidur.
Masih teringat sekali saat seluruh sub kegitan Pekan Mekanika 2009 menyiapkan seluruh peraatan dan pelengkapan seajak hari kamis malam, di sub kegiatan kita pun tidak kalah sibuk diawal-awal pengangkutan semua buku yang harus kami angkut saat itu yang mencapai ratusa buku dari berbagai agen buku serta pernak pernikya. Tepat jam sembilan malam semua barang sudah terkumpul, briefing dimusyawarahkan untuk mempersiapkan untuk teknis hari H-nya. Akhirnya disepakatilah jam 22.30 semua harus stand by di workshop (tempat penampungan sementara semua barang PM).
Namun ternyata ada ada takdir berupa turunnya air dari Langit yang tak diundang, hujan deras mengguyur dengan pesona khas hujannya Surabaya, deras dengan frekuensi tak beraturan.Alhasil hampir semuanya aktifitas terhenti tanpa kepastian waktu, pun demikian dengan kita. Saat hujan sudah reda, jam sudah menunjukkan angka 12 lebih. Dan ternyata kita kebagian sift terakhir untuk pengangkutan barang ke Balai Pemuda. Semua yang sudah datang pun langsung tidur pulas dengan iringat dentingan gerimis, berbalut hawa dingin semakin menyempurnakan momen tersebut untuk mengistirahatkan diri.
Tanpa direcanakan, Si Agus The jack (the Resek’s Man) dengan keisenganya yang sudah terasah sejak di alam kandungan mereseki tema-teman yang sudah terlelap dengan mimpi-mimpinya dengan membangunkan secara tiba-tiba dengan mengatakan “`bangun bangun ngangkat barang, pick up nya sudah datang “. Sontak semuanya terbangun dengan nyawa yang baru tersambung seperempat bagian dengan kondisi mata tinggal lima watt. Dengan tergopoh-gopoh semua barang-barang mulai dari buku, majalah, meja, kursi dan segalanya kita angkat dengan ketawa ketiwi di sana sini. Selesai semua, ternyata kita masih harus menunggu sampai puluhan barang AEC (Alternative energy Competition) terangkut semua, alhasil kita hanya bisa menunggu dengan bercanda ngalor ngidul sampai datangnya pick up terakhir.
Yang kita dapatkan adalah kiondisi mata yang sudah seperti tersengat listrik dari lima watt terakselerasi selama beberapa menit langsung menjadi 2000 watt bak lampu penerangan sirkuit F1. Acara minus 4 jam, tepat jam 2 pagi nasib apes kembali bergantungan di depan muka kami. Tumpukan meja-meja yang tidak terdefinisi kepemilkiannya berjejer bak jemuran ikan laut di daerah pesisir pantai. Untuk kali kesekian, kami harus menunggu tanpa kepastian yang jelas. Beberapa menit berselang yang selingi canda tawa tidak karuan dan tanpa peraturan, akhirnya kita putuskan untuk memindah semua meja dan sampah-sampahnya ke samping stand. Si resek pun berkata’ “kalau ada sampah menumpuk, lebihnya baiknya di taruh dipook-pojok. Dan kalau ada orang yang menanyakan kenapa meja dan sampahnya ada di seberang sini, ngomong aja kalau sudah dari tadi ada di situ”. Padahal sudah lewat tengah malam menjelang subuh, masih ada saja otak jahilnya yang bekerja, kok ada orang seperti itu ?
Waktu pun samakin merangkak menuju pagi dengan tanpa kita sadari. Perlahan-lahan dengan sisa konsentrasi yang kita punyai antara ngantuk, pingin tidur, menguap dan campuran rasa capek kita coba kalahkan dengan semangat menanti beberapa jam lagi. Semuanya mengalir sayup-sayup seiring dengan hentakan detik demi detik waktu yang mencoba menggapai fajar. Bekerja demi tanpa berkata “aku capek banget” atau “aku sudah tidak kuat, pingin tidur”, semuanya dilakukan dengan wajah yang jelas-jelas terlihat kusut (yang menurutku, sangat super duper kusut hingga tidak bisa digambarkan) menata meja, menyiapkan buku, memasang karpet, membersihkan lantai, dan segala urusan yang ada bersama-sama kita jalani dengan sesekali ada hal-hal gila terselip disertai dengan ketawa ngakak. Tak jarang ada beberapa yang dengan keadaran penuh malah tidur tanpa rasa berdosa disaat semuanya kebingungan.Ngaku saja yang merasa nggak usah sebut nama, sebut saja namanya Bunga (lho ?!!).
Ternyata dalam keadaan terpaksa (atau mungkin lebih tepatnya dipaksakan), manusia akan melakukan hal melebihi batas normal yang dia yakini tidak bisa dilakukan sebelumnya, percaya atau tidak inilah faktanya. Ada yang cuman tidur 2-3 jam, malah ada yang tidak tidur seharian hingga siangnya seperti mayat hidup yang suka muter-muter tapi nyawanya sudah di alam mimpi. Ada orang yang aslinya bukan tipikal orang humoris, saat malam itu seperti habis kerasukan setan hantu jeruk pecel (lho?!) menjadi gila nggak karuan seperti manusia jadi-jadian, reseknya sembilan belas keturunan kumat saat itu juga. Dan yang membuat geleng-geleng sekujur tubuh adalah turut menjadi gilanya angkatan dibawahnya kita (M51) yang seharusnya kita ajari bagaimana menjadi orang yang bijaksana, bukan menjadi gila mendadak seperti itu. Klop sekali, menjadi gila massal, hingga ada yang menyeletuk “Bagaimana kalau kita membuat group lawak saja, pasti laris ?”. Duh, mau jualan atau audisi lawak.
Dan tahukah kawan, hal apa yang membuatku menulis hal ini ? Yang sangat terkesan tidak penting ini. Di saat kanan kiri kita dengan mimik serius memastikan setiap detail teknis yang harus dipersiapkan, kita bisa melakukannya dengan tersenyum (bahkan sampai kelewatan) dan hasilnya pun saya katakan luar biasa. Perlahan-lahan keakraban pun merayap memasuki setiap relung nadi setiap inidividu dari kita, dengan atau tanoa disadari. Bayangkan saja, ibarat orang bekerja namun tidak digaji. Dengan niat ikhlas,yakinlah apapun yang telah kita lakukan adalah bentuk ibadah yang akan membawa manfaat bagi orang lain untuk saat itu, kini dan di masa depan. Ingatlah, bahwa dakwah akan tetap ada dengan atau tanpa diri kita.
Nantikan kisah selanjutnya selama 2 hari mengadu nasib dengan sejuta harapan. To be continued..

No comments:

Post a Comment