5 Jul 2010

The Colourfull My World (mozaik 1)



Duniaku, lebih sering ku sebut sebagai nano nano. Asam, manis, asin, pahit, getir, hambar, gurih, renyah dan crispynya dunia bercampur aduk menjadi satu. Menjadi adonan tak bernama namun sering membuat ketagihan. Inilah dunia ku dengan segala baik buruknya.

Kampus, lebih tepatnya jurusan Teknik Mesin ITS, mozaik kehidupanku dengan ribuan rumus yang menumpuk. Di sini aku harus bertingkah sebagai seorang scientist sejati, memposisikan diri sebagai calon engineer lebih tepatnya. Berkutat denga buku setebal bantal yang mampu membunuh anjing dalam sekali lempar. Bahasa Inggris keteknikkan bukan lagi menjadi menu harian, namun sudah jam-an. Semua alur deduktif algoritma mutlak berlaku di dunia para akademisi ini. Harus logis, terukur dan sistematis.



Komunitas lantai 6, begitu aku lebih suka menyebutnya. Sekelompok mahasiswa yang terkena radiasi nuklir “Jurnalisme” ini berkumpul di bawah payung bernama ITS Online. Ada yang menyebutnya sebagai wartawan kampus. Hobinya pasang kuping di segala penjuru ITS dan bergosip ria tentang segala isu di luar dunia Teknik. Beragam latar belakang jurusan terkumpul di sini, jadi semua bahan gossip se-Kampus pasti bisa kita kuasai . Di sini, tempat otak kananku berkembangkan, biar tidak miring pada otak kiri. Jika pagi sampai sore aku diwajibkan mengilhami aneka text book, maka di kesempatan lain, aku harus bisa memaksa diri untuk bisa mencari kombinasi kata untuk sebuah tulisan. Imbuhnya, katanya, akunya, ujarnya, tambahnya, tuturnya, jelasnya, ulasnya, terangnya,

Jama’ah Masjid Manarul Ilmi (JMMI), inilah corong terdepan dalam urusan dakwah kampus ITS. Sebenarnya dalam hal dakwah tidak ada yang terdepan atau paling unggul, namun JMMI adalah satu-satunya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang legal di kampus Perjuangan ini. Waduh, kalau boleh jujur, tidak sepatutnya aku bercerita ria tentang JMMI karena sekarang statusku di sini sudah Drop Out (DO), lebih tepatnya men-DO-kan diri. Jadi kutulis sedikit saja. Jika kebanyakan mahasiswa menjadikan organisasi sebagai wahana untuk melatih softskill, maka JMMI lebih dari itu. Ada spirit ruhani yang senantiasa menjadi garda terdepan dari semua tujuan duniawi lainnya. Nanti akan ku tulis lebih edisi khusus selama aku aktif di sini.

Uswah Student Center, gudang para multy tasker. Sebuah lembaga dakwah sekolah yang menangani sebagian besar sekolah di Surabaya. Keberadaannya sangat urgent, melebihi LDK, menurutku. Kebobrokan moral bermula dari level sekolah, pada dunia remaja. Temperamen remaja yang masih labil ditambah dengan jumlah anak sekolahan yang ratusan kali lebih banyak dari pada mahasiswa menjadi pertimbangan besar kenapa aku mengatakan demikian. Nah di sini, para pengurusnya adalah manusia-manusia multy tasker. Setiap individu dipastikan memiliki kelebihan dan tanggung jawab beraneka regam. Mulai Presiden BEM Kampus atau Fakultas, Kahima, calon dokter, dokter muda, ekonom, insinyur, apoteker, pelajar SMA, mahasiswa baru, dll tumplek blek di sini. Pernah suatu ketika, ada agenda di luar kota. Selepas menyiapkan tempat untuk peserta, kita mempersiapkan makan, dilanjutkan dengan mencari kayu bakar di tengah malam untuk api unggung. Kita juga yang harus menyalakan. Kita juga yang menjadi MC dan ngisi acaranya. Dan yang bersih-bersih juga kita. Sungguh, multy complicated.

Selanjutnya ada LSO Lentera Harapan, tempat melatih kesabaran paling praktis. Berkutat dengan anak-anak kecil yang super nakal dan mayak di tempat paling prestisius di kota para Buaya, ups maksudnya Surabaya yakni Prostitusi Dolly! Tempatnya lumayan jauh dari kampus namun pastikan setiap mau ke tempat ini untuk membawa cadangan energy sebesar 300 MW karena dipastikan sepulang dari sini, energimu tinggal 5 Watt, cukup untuk mengayuhkan kaki saja. Lebih dari itu, dari sinilah aku belajar untuk senantiasa bersyukur dan berbagi. Walaupun rekan-rekan di sini semua tidak digaji, aku yakin semuanya ikhlas kok :).

Di rumah Surabaya, ini rumahnya Om dan Tanteku namun hampir setiap minggu aku harus pulang. Ada adikku bernama Dandy yang super Chubby, jadi setiap bertemu dengannya pasti pipinya menjadi target utama. Rumah ini kekurangan penghuni, karena aku dan mbakku juga ngekos karena pertimbangan efektifitas. Bayangkan saja, perjalanan normal dari kampus ke sini aja 40 menit, kalau macet malah sering sejam lebih. Nah di sini, aku bisa berperan sebagai Ibu rumah tangga sejati : mencuci, nyapu, nyetrika, ngepel, belanja ke pasar, masak nasi, kadang bantu masak juga, korah-korah (mencuci piring dan bala tentaranya), dan sejenisnya. Tapi pekerjaan kasar juga : mbenerin genteng bocor, nangkring di atas atap rumah berjam-jam, masang antena TV sampe kesetrum juga pernah, berburu tikus di atas plafon, ngecat rumah sampai nguras got.

Nah, akhir-akhir ini aku latihan membantu jualan sate. Sungguh aktifitas yang menyenangkan walaupun melelahkan. Mulai dari beli aneka bahan bakunya, membuat bumbunya, nusuki calon sate sampai ngipasi, nice jobs :).
Sedikit curcol nih, pernah waktu di pasar belanja aneka keperluan yang sengaja ku buatkan checklist. Pas beli labu dan mentimun, ada penjual yang nyletuk begini, “Istri Masnya habis melahirkan jadi yang belanja sekarang Masnya sendiri,” ucapnya enteng. Asem! Batinku. Sebenarnya belanja di pasar itu tidak masalah bagiku, tapi kalimatnya itu mengindikasikan bahwa tampangku sudah mirip om-om :(.
To be continued…

No comments:

Post a Comment