:: 37 Missed Calls dan 19 New Messages ::
Sepantasnya saya tidak mau mengatakan ini sebagai suatu kebodohan, lha memang ini bukan salah saya sepenuhnya. Pun bukan sepenuhnya bukan salah saya. Biarlah cerita ini mewakili semuanya, atas semua yang pernah saya dzalami dalam tempo kurang dari 24 jam. Hari itu, ahad (12/2). Ya, hari itu.
Saya awali dengan kalimat "Maaf, untuk semuanya". Pertama buat Mbak Ngeek dan Mbak Sospol PP yang "rela" menunggu di Bandara Juanda hingga jam setengah tiga dini hari tanpa konfirmasi jelas dari saya. Sepenuhnya, saya tidak bisa membayangkan berapa kilogram lotion anti-loemoet dan anti-njamoer yang mereka bawa untuk menjaga suasana tidak menjadi crispy. Tapi, tentu dengan hati nggrundel jaya!
Kedua untuk Pak Dhe Ghoni yang sudah tua. Maaf sekali, saya melalaikan tugas saya untuk mengkoordinasikan agenda Milad Taman Baca hari itu. Saya sama sekali tidak menyentuh kerja teknis, kecuali mempersiapkan sejak tiga hari yang lalu. Tapi alhamdulillah yah, Bang Ghoni memang parner mengajar yang luar biasa bagi saya. Dia pasti bisa meng-handle cepat-tepat untuk urusan darurat. Yah, untuk acara ini saya hanya bisa menyuruh-nyuruh pengajar lain untuk: membuat soal, membeli kertas-spidol, membuat rangkaian alat percobaan, mengobrak-obrak pengajar lain, membagi undangan dan (terpaksa) diam dalam kamar.
Ketiga, untuk Ibu Meniek yang sudah saya janjikan untuk berkunjung ke kediaman beliau lagi. Saya rencanakan jam 9 pagi untuk mengambil dokumentasi dan arsip bersejarah dari Bapak Soemadijo, Rektor ke-3 ITS. Ah, saya melewatkan kesempatan langka ini tanpa konfirmasi sama sekali. Maaf sekali Bu. Insya Allah, kita akan bertemu di lain kesempatan (padahal pasti Ibunya pasti sudah balik ke Jakarta lagi).