9 Dec 2010

Aneka Kondom di Etalase Minimarket

Suatu hari saya “jajan” lagi ke Dolly. 5 Desember 2010 tepatnya. Berangkat sendirian dengan bekal wajah sumringah nan bahagia (entah kenapa saya bisa seperti ini). Nyampai parkirannya Pak Nasih saya sudah ditunggu dua sohib saya, Surya dan Aminudin. Mereka lagi bingung nyari jajan untuk adik-adiknya karena terlupa sejak berangkat. Akhirnya saya putuskan yang membeli dan mereka saya minta tolong meluncur di TKP.

Demi efektifitas waktu saya membeli jajan di Alfamart cabang Dolly. Nah, di stok barang paling depan saya sudah disuguhkan aneka jenis kondom . variasinya dari bentuk, ukuran, warna, rasa sampai kontur permukaan. Nah variatif sekali to? Hehe. Kok malah nggak mikir jajan malah mikir “jajan” beneran J. Akhirnya saya berbelanja efektif dengan memasukkan jajan anak kecil sembarang jenis.


Waktu saya sudah kembali di taman baca, kondisinya sangat amat rame. Eh ternyata ada bakti sosial dari Fakultas Farmasi Unair angkatan 2010 alias maba. Yo wes, akhirnya kita hanya berdiskusi ria dan bergeje dengan adik-adik, panitia serta warga sekitar. Unik sekali karena mereka menyewa satu wisma untuk kegitan itu, Di tambah dengan suara karaoke yang berdentum keras, mereka seolah saingan dengan para karaokewan dan karaokewati di sana.

Dan yang membuat semua menjadi aneh lagi, adalah rata-rata panitia baru kali pertama datang ke area lokalisasi. Eh disana tiba-tiba ada wajah yang tidak asing bagi saya. Setelah berkenalan, ternyata dia adalah Mifta anak Smala yang hampir setiap pekan saya sms tapi saya tidak tahu namanya.

Menjelang jam 15.00 kita pergi sholat ashar. Ba’da itu kita meluncur ke balai RW gang 3 (sebelahnya) untuk menemui adik-adiknya di sana. Ternyata tidak satu pun spesies manusia bisa ditemukan di sana. Akhirnya kita menuju rumahnya Bu Modin dan berkeliling ke rumah warga untuk memberitahukan bahwa jadwal mengajarnya dilakukan setiap hari ahad jam 4 sore dib alai RW.

 Sukses berkeliling, kita menuju ke taman baca lagi. Kakiku mulai kram gara-gara pagi sebelumnya saya naik turun tangga 6 kali dari lantai 1 ke lantai 6 perpustakaan pusat gara-gara lift mati dan seluruh listrik se-ITS mati. Di sana menemui mbak Asri dan Pak Kartono untuk berdiskusi tentang beberapa program ke depan. Termasuk rencana training pembekalan cerita anak-anak besok tanggal 18 desember.

Di ikhwan kita berempat dan akhwatnya ada 5 orang. Tidak jadi diskusi karena kita melayani diskusi adik-adiknya. Nah, Ghoni bertindak sebagai calon Bapak yang baik sekali. Wes cocok jadi kepala rumah tangga, pinter ngurusi anak. Lha aku? Gara-gara obat flu, kepalaku fly terus. Mirip mimpi kalau dihadapkan dengan orang lain. Surya dan Aminudin juga interaktif dengan anak. Saya lebih banyak diam.

Sampai hujan pun mengguyur daerah lokalisasi ini. Nah, inilah rasanya hujan di wilayah paling eksotis se-Surabaya ini. Sampai kita sholat maghrib di tempat yang dulunya adalah Wisma ini. Kira-kira setengah tujuh malam, kita memutuskan untuk pulang karena nggak mungkin menunggu sampai tengah malam apalagi menginap di sini. Bisa terjadi hal-hal yang diinginkan! Haha.

Nah sebelum itu, sekitar jam 18.00 itu ada bunyi sirine yang menandakan kalau tidak boleh ada suara karaoke yang keluar selama sirine belum dinyalakan. Kata adik-adiknya, biasanya jam 7 nanti suara sirine dibunyikan lagi. Terus sekitar jam 12 malam dibunyikan lagi untuk “menutup” karaoke. Tapi sama saja, wisma masih buka, justru semakin rame. Sampai pagi jam 10 baru karaoke boleh aktif lagi. Lha aku mikir, uripe adik-adike iki piye yo? Kok terbiasa dengan model lingkungan karaten kayak gini.

Kita pulang dengan jalur masing-masing, aku mau ke Tandes. Berharap bisa mbantu rumah tanteku yang terendam bajir sehari sebelumnya. Eh, baru nyampe Dukuh Kupang, banjir sudah hampir menyentuh dengkul. Seolah tidak peduli, saya melaju terus. Sampai di daerah Darmo Indah setelah Sukomanunggal banjirnya meluap nggak karuan. Dan…..sepedaku pun akhirnya nyerah. Mogok.

Ini kalau saya teruskan, bisa-bisa saya ikut terendam banjit. Akhirnya saya putuskan untuk berputar arah sembari berharap bisa beneri sepedaku yang mati total ini. Sekitar 500 meter akhirnya saya bisa beneri sepeda ini dan melaju dengan tragis karena nggak tego lihat orang menuntun sepeda di sampingku yang teramat banyak. Sampai di Kampus, ternyata nggak ada tanda-tanda banjir lho.

Saat di depan Teknik Sipil saya melihat ada anak menenteng tas besar sedang kehujanan. Saya ajak anak itu untuk saya bonceng, walaupun nggak kenal sama sekali. Dia mahasiswa despro semester 11 yang ingin menuju masjid. Tidak ada kos, jadi hidup mbolang dari kos teman satunya ke kos lainnya. Kasihan. Berharap bisa memberikan tempat tebengan, tapi karena saya mengontrak jadi nggak bisa sembarangan memasukkan kos. Dia sendiri juga bilang kalau sudah janjian sama temannya.
  
Hari itu, sakit flu ku semakin menjadi. Hasssyyyiiihhh!

No comments:

Post a Comment