9 Dec 2010

UKM Gratisan Berbagi Cerita (part 2)

Untuk tulisan sebelumnya lihat di sini

Selesai bermain di tengah laut, Wifri sudah memutuskan untuk nyemplung duluan dengan kolornya. Kita masih mikir-mikir dulu. Sehabis perjalanan 6 jam plus acara baru mau dimulai nanti malam, tidak mungkin kita berbasah-basah ria hari ini. Tapi dasar Wifri ini anak Bolang, pimpinan crew relawan merapi dua kali. Jadi wes biasa dengan kondisi model sekarang.

Sebelum kita menuju ke bebatuan pantai yang menjorok ke laut seberang sana. Ada rombongan mahasiswa asing tadi yang ikutan bernarsis ria. Akhirnya di atas bebatuan kita berfoto-foto ria dengan mereka. Saya pun akhirnya dapat jepretan diri pertama kali. Tapi mereka jauh lebih banyak. Saya lumayan trauma dengan kamera jadi agak anti jepretan.

Menjelang maghrib, Hakim bersama Agus dan Wifri malah asyik menyelami terumbu karang di sana. Tak kalah aksi, teman-teman lain yang nggak mau basah mencoba perahu mini yang hanya bisa dinaiki berdua dengan dayung. Beserta teman yang dari Afrika tadi, menjelang malam pun dia masih very cheerfull. 

Saya sholat maghrib di Mushola dekat tempat pembukaan acara. Nah, ini pengalaman unik saya lagi. Saya diimami oleh Mas Foursan. Walaupun dari Thailand bacaan beliau sangat bagus, mirip aksen orang Sumatra Utara. Terus menuju tempat penginapan untuk ngecek semua perangkat elektronik yang saya bawa. Oh ya ini bukan hotel atau penginapan ya. Lebih tepatnya tenda, mirip tenda pengungsian gitu. Berjejer untuk seluruh peserta yang mencapai ratusan dari beragam latar belakang.

Waktunya makan malam, kita begadang bersama teman-teman GJ tadi. Sampai acara dimulai kira-kira setangah 8 malam. Banyak sekali ternyata perwakilanannya. Dari Unibraw, Universitas Padjajaran, Unair, Hang Tuah, Akademi Perikanan Sidoarjo, Pemkab Situbondo, Pemprov Jatim, Kapolda Jatim, DPRD Situbondo, DPRD Komisi B Jatim, LSM, Indish, 13 komunitas diving se-Jawa. Bahkan dari Jakarta pun ikut di sini. Jadi tumplek blek.

Pembukaan kali ini hanya menjelaskan mekanisme acara besok pagi. Semacam briefing  gitu. Sampai menjelang jam setengah 10. Karena saya ada tugas peliputan, teman-teman ITS sudah pergi melalang buana  meninggalkan saya. Menunggu Bu Dian, ketua pelaksana dari Biologi ITS, saya putuskan untuk merenung di pinggir pantai.

Deburan ombak malam hari, Sepoi angin membasuh halus tubuh ini. Kilauan halilintar menyambar langit di ujung sana. Sambil mendengarkan music instrumental, suasana sungguh romantis. Lho kok romantis? Haha. Soalnya di belakang saya ada orang pacaran. Jadi saya hanya setengah meter dari batas ombak.

Dan entah mengapa tiba-tiba aku teringat dia. Dalam saat yang bersamaan dia ke barat dan aku ke timur. Ke barat bukan untuk mencari kitab suci lho? Aku ke Situbondo dia ke Jakarta. Dari jarak 300 kilometer menjadi ribuan kilometer lagi. Dalam kesunyian itu, dia menelponku. Bercerita sedikit tentang posisinya kita masing-masing. Tapi harus diputus karena gangguan operator. Ternyata pantai itu indah lho. Apalagi kalau ada dia, haha (ngarep).

Menunggu sampai jam 10, eh Bu Dian malah kecapekan. Akhirnya saya memutuskan untuk membawa semua barang elektronik dari tenda untuk saya titipkan ke Panitia. Nah kebetulan ada banyak panitia yang saya kenal, termasuk Pak Haryo, PD 3 FTK. Malam itu saya tertidur duluan dengan ditemani nyamuk yang kelaparan. Tapi dasar kecapekan, saya pun terlelap sampai Shubuh memanggil.

Pagi buta, ternyata di sana sudah siang. Jam 4 disini sama seperti jam 5 di Surabaya. Jam  6 saja sudah siang. Saya berkeliling pantai lagi sebelum memutuskan melakukan aktifitas liputan. Eh  ternyata dari pagi buta tadi si Wifri sama Hakim sudah nyemplung. Sedangkan teman-teman yang lain sudah melalangbuana mengintari lautan dengan naik perahu layar. Wah, aku salah jalur.

Mandi? Tidak lah. Sudah 1,5 hari saya tidak mandi. Karena acara akan segera dimulai. Waktu itu berkumpullah ratusan orang berkaos sama memadati kawasan pantai ini. Sambutan-demi sambutan membuat saya menjadi ngantuk. Akhirnya saya memandu mas Sofian untuk mencicipi makanan asli Jawa Timur. Dari sate, bakso, pentol, lontong, es dawet dll. Dengan bahasa inggris yang kacau balau, karena saya tidak mengerti istilah-istilah makanan, sering saya pakai bahasa isyarat mirip Sinchan, hehe.

Namun saya harus kembali ke tempat acara untuk  melakukan potret memotret secara resmi. Mencatat kata demi kata yang terlontar, mewawancarai orang dan semua aktifitas reportase. Selepas pembukaan, acara pun dimulai. Acara inti terdiri dari Underwater Cleanup, Transplantasi Karang, Beach Cleanup, Penanaman Mangrove  dan Restocking Ikan.

Nah karena saya tidak bisa berenang apalagi menyelam, akhirnya saya ikut penanaman mangrove. Karena tidak ada tanah yang cocok untuk mangrove akhirnya dipilihlah cemara udang sebagai penggantinya. Lokasinya di Karang mayit sekitar 300 meter dari basecamp acara tadi. Di sana, karena sudah beranjak siang kita lumayan kepanasan.

Dengan acara inti menanam cemara udang namun berubah menjadi sesi pemotretan. Setiap anak yang mau nanam mesti minta dipotret. Bener-bener, bakat artis semua. Hampir semua detail aktifitas mereka tak luput dari jepretan kameran. Mengambil tanaman, menutup tanahm menyiram, memupuk sampai membersihkan sampah sekitar pantai. Kalau begini saya bisa menjadi paparazzi beneran lho.

Eh di tengah aktifitas itu terjadi insiden mengerikan lho. Si Hasan dicabuli oleh semua kru, haha. Dia diikat di pohon mirip tersangka pencabulan yang mau diarak keliling kampung. Ekspresinya merah padam. Saya tidak ikut-ikutan menjadi tersangka, saya hanya saksi yang merangkap jadi fotografer. Momen langka jadi harus diabadikan setajam CAROK! Haha

Selesai kita, puluhan pejabat yang ikut acara ini juga disediakan satu pohon untuk seremoni dan foto-foto. Mulai dari pohon, air, ember, sampai handuk sudah disiapkan oleh panitia. Pikir mereka, walaupun menanam pohon jangan sampai para pejabat itu kotor pakaian/tubuhnya. Nah melihat seperti itu saya hanya bisa diam mematung. Lha esensi dari menanam pohonnya mana?

Selesai menanam pohon kita mbalik ke tenda. Mandi dan siap-siap makan siang. Sementara itu acara pembersihan laut masih berlangsung. 4 titik utama masih diselami sekitar 118 diver dari penjuru kota. Mereka diharuskan mengumpulkan sampah dari dalam karang atau kepiting jenis tertentu yang menjadi merusak karang. Andai saya bisa menyelam. Indah sekali lho pemandangan bawah laut dari foto yang mereka berikan.

Sesi makan siang menjadi ajang bersuka ria. Kita foto-foto bersama di dekat pantai. Sampai bisa membujuk rayu pemilik speed boat milik Kopasus TNI AL. Nah, akhirnya kita bisa bersama-sama ke tengah lautan. Seru sekali. Mencoba untuk mengendalikan laju boat sendiri. Dan tentunya bersuka dan berteriak-teriak bersama. Sekitar 20 menit kita di tengah lautan lepas. Akhirnya kita menuju pinggir pantai lagi untuk berfoto-foto lagi di samping boat itu. Akhirnya kita melepas Bapak-bapak yang menemani kita sambil berkata “sampai ketemu lagi di Surabaya Pak”.

Dan paling seru ini adalah foto saat kita tidak berada di atas tanah alias saat kita melonjak ria. Karena dari semua yang cukup ahli fotografi itu saya, jadinya yang hasil jepretan bagus dari ku. Alias saat aku tidak ikut difoto. Menjengkelkan! Satu lagi, di tengah jalan saya menjepret pula dua anak kecil laki-laki perempuan yang berebut pelampung sampai nangis keras sekali. Haha, saya juga hobi memotret orang yang sedang menderita, haha.

Acara sudah selesai. Para Bapak dan Ibu dari ITS sudah berhasil pula menancapkan bendera 50 tahun ITS ke dasar laut sana. Para penyelam sudah kembali ke permukaan laut sambil membawa sampah. Para panitia sudah terlihat kelelahan. Para pejabat sudah mbalik semua. Dan kita masih termenung, kapan acara gratisan seperti ini datang lagi? Haha.

Sebelum pulang saya sempatkan ngobrol sama Pak Haryo sama Bu Dian plus beberapa kru penyelam dari Unpad, ITS dan Unibraw. Wow, keren (saya tidak  bisa menuliskannya karena saya nggak bisa berenang). Akhirnya acara ditutup dengan seremoni kecil berupa kesan pesan dari seluruh peserta dan panitia. Ada perwakilan dari Pramuka Jatim serta WWC (aku lali singkatannya), LSM yang concern dibidang pengurangan sampah, Mr Fellix dan dari dosen ITS.

Saatnya kita berkemas. Menuju bis yang sudah duduk manis menunggu kita. Sekitar jam 3 sore kita pulang. Perjalanan pulang diwarnai aksi balapan pak sopir yang sering membuat seluruh peserta tersentak dan berteriak. Edan, ini supirnya nggak hafal mana rem sama gas? Atau memang bis ini nggak ada remnya? Wuih, yang mau tidurpun harus melek trus karena ini.

Jalanan hujan dan macet hampir separo perjalanan kita. Mampir sebentar di pom bensin, saya membeli “sesajen” untuk mengimbangi perut saya yang mau keluar ususnya. Saya mau muntah tapi nggak bisa. Jadi pahit semua rasa mulutku. Perut mules nggak karuan.

Jam setengah 9 kita nyampai kampus ITS. Rasa capek pun hilang seketika. Pamitan ke teman-teman saya itu. Dan balik ke kantor untuk mengambil kunci sepeda dan STNK. Saya mengajak Agus yang jalan sendirian. Dan perjalanan UKM Gratisan ini pun belum berhenti. Di fesbuk kita sudah mengincar acara Ocean Week sebagai ajang gratisan selanjutnya. Hayo kawan, LANJUTKAN!

No comments:

Post a Comment