13 Sept 2011

Pasrah






Dan, semua akhirnya harus kembali dimulai dari nol...


12 Sept dini hari


Inilah saatnya. Waktu yang telah tiba. Tangan tak mampu menjamah. Pikiran yang tidak bisa melogika. Usaha yang harus terhenti. Bersama uap asa yang meninggalkan kerak kotor berupa ketidakbecusan. Akhirnya, semua tinggallah ini. Ya, sampai di sinilah daya manusia bisa diberaksi. Selebihnya, aku yang juga seorang manusia, bukanlah siapa.

Jika perut bisa percaya bahwa makanan bisa membuatnya kenyang, tumbuhan yang setia menunggu matahari untuk mereaksikan fotosintesis, harapan yang menumbuhkan semangat dan cinta yang menelurkan pengorbanan, semua menjadi tetaplah hal fana di dunia yang penuh kefanaan ini.

Dulu, aku percaya bahkan meyakini dalam alam bawah sadar, bahwa langkah kita adalah urusan kita sendiri. Kemana mau mengarahkan masa depan, adalah prerogratif insan. Kalau mau pintar ya belajar, mau kaya ya berusaha, mau ke kanan ya tinggal belok kanan, begitu pula bagaimana kita bisa mendesain masa depan kita sendiri. Aku sangat mempercayai sunnatullah ini.
Dalam sifatnya Ar-Rahman, Allah memberikan kepastikan akan adanya hukum sebab akibat di alam dunia ini, juga segala sesuatu yang saling berkorelasi bak konfigurasi sebuah fungsi. Jika semua variabel dalam masa kini terpenuhi, masa depan sudah bisa diterka. Tidak peduli dia muslim atau bukan, ketetapan ini seperti Hukum Newton, berlaku universal.

Tapi, bukankah manusia tetaplah makhluk? Masih ada yang Sang Khalik, pencipta makhluk. Ada yang mengatur segala kehidupan di atas segala kemampuan dan kelebihan makhluk bernama manusia, yang diciptakan paling sempurna. Ada hal yang tidak bisa didefinisikan oleh makhluk, banyak sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh manusia, dan sangat banyak hal yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia.

Takdir, ini adalah makhluk yang sepenuhnya dikendalikan oleh Allah. Dalam teori Qadha' dan Qodar, manusia hanya diberi fasilitas untuk mengusahakan saja dalam fase Qadha', namun apapun yang terjadi pada Qodarnya adalah barang ghaib, yang bahkan malaikat pun tidak tahu. Ya, begitulah sekiranya alur kehidupan yang seharusnya. Manusia berusaha, Allah tetap yang menentukan.


*****


Dalam kondisi sekarang, jujur saya tidak berbuat apa pun. Saya tidak bisa mengusahakan sedikit pun untuk menyelamatkan masa depan nanti. Tangan ini sudah tidak bisa menjangkau lagi, pikiran sudah mati, juga dengan harapan yang selama ini mengendap-endap, semuanya lenyap. 

Saya tidak tahu ada apa dengan saya.Juga tidak tahu apa yang seharusnya saya perbuat. Saya pasrah, total. Saya serahkan semua ini kepada Mu. Saya yakin, bahwa semua yang terbaik dari Mu adalah yang terbaik untuk umat-Mu.

Namun, hingga kini, layaknya zombie, saya hanya berjalanan terus tanpa tahu harus kemana.....

Ya Allah, apakah aku gila?

No comments:

Post a Comment