26 Sept 2011

Seperti Paku



Menancap keras, kaku, semakin ditekan ia semakin tidak mau lepas. Merajam kuat sampai tidak mau dikendalikan. Padahal, ia adalah diriku. Diriku yang sepenuhnya ada di dalam diriku. Ulahnya selalu membuatku kuwalahan mengendalikannya. Juga untuk semua tingkah yang hiper, aku hanya bisa pasrah. Ia seperti paku.

Jika ia bernama, aku tak tahu padanan apa yang pas untuk diberikan kepadanya. Jika ia adalah kata, aku tak tahu setiap suku yang sesuai dengan tingkah lakunya. Atau kumpulan frase apa yang tepat menggambarkan semua definisi tentang dia. Untuk semua nama yang bisa ku sematkan untuknya, tak satu pun bisa mengatakan dirinya yang sebenarnya.

Bersama dengan setiap hembusan nafas, seraya mengalir laras dengan nadi ini, ia hadir dalam setiap irama detik yang merayap. Memberi kesesakan panas di setiap relung kesadaran. Entah itu adalah kenyataan atau hanya delusi, seperti ikan mas dalam akuarium. Kehampaan bersamanya berasa sangat panas, hingga realita pun nampak menjadi dua hal: riil dan bayangannya. Tidak ada beda dari keduanya, semua nampak sama.

Otak ini menjadi susah mendefinisikan keduanya. Juga mengontrol dimana seharusnya diri ini berada. Nampak seperti malam yang digulung matahari. Di antara satu dan dua, yang tidak ada bilangan di selanya.


******

Pagi hari. Kepalaku seperti sehabis terjatuh lima tahun silam. Benar-benar sakit, hingga merayapkan kaki pun sangat sulit. Aku tidak tahu bagaimana kronologis tadi malam hingga kondisiku seperti sekarang. Dini hari, saya seperti memutar otak, menggerus tenaga dan mengacak-acak logika dalam mimpi. Saya menyadari bahwa tubuh ini sedang tergolek pasrah untuk beristirahat, tapi otak ini seperti tidak bisa diajak kompromi. Bersama dengan benturan-benturan keras dari semua masalah dan tanggung jawab, ia juga menari-nari menabur ngilu dalam pembuluh darah.

Hingga pagi menjelang, antara sadar dan berilusi, saya merangkak untuk memahami angka dan detakan dalam jam dinding di kamar. Bersama suara serak adik saya, otak ini menahan sakit luar biasa dari setiap denyut jantung yang memompa. Kepalaku sakit luar biasa. Tanpa ku ketahui sebab mengapanya. Ya Allah, ada apa dengan mental dan fisikku?

No comments:

Post a Comment