14 Mar 2012

Crazy Little Thing Called Love



“Pernahkan anda jatuh cinta ketika SMA? Atau anda hanya pernah mengalami jatuh cinta sekali selama hidup anda? Atau anda saat ini sedang bersama orang yang sama ketika jatuh cinta pertama?”

Tulisan saya ini tentang sebuah film, bukan curhatan ya. Awalnya saya melihat cepet-cepetan film ini, dan saya tertarik sekali. Sebenarnya saya menyadari kalau ini film drama, sudah begitu drama percintaan remaja! Allay nggak sih? Tahu apa yang membuat saya tertarik? Setting filmnya adalah Thailand!

Apakah selera saya aneh? Terserah anda yang menilai. Negara Thailand mengingatkan tiga teman saya dari Thailand tempo hari yang satu orang sudah balik ke negaranya. Kedua, saya sangat suka mengamati kebudayaan, tata adat, nilai, norma, kebiasaan, sampai gaya bertutur bahasa dari suatu Negeri lain. Apalagi ini Negara Asia tenggara, yang hanya saya ketahui dari Upin-Ipin setiap hari. Sementara Negara lain? Nothing. Apalagi horor Thailand saya pun tidak suka.

Pokoknya, film ini sangat cocok buat yang ingin bernostalgila dengan masa remajanya, mencari inspirasi, atau sedang mencari cinta sejatinya? Maybe...

******

Okelah, filmnya berjudulnya Crazy Little Thing Called Love (2010). Dari judulnya saja, saya yakin isinya pasti mellow sangat khas remaja-remaja allay. Tapi ternyata tidak sodara-sodara! Ya memang ada mellownya dikit, tapi mirip AADC-nya kita. Film percintaan remaja yang dibuat realistis, tidak seperti sinetron “Ibu Mertua Yang Ditukar” itu.

Settingnya Sekolah SMA (atau SMP?) di Negara Gajah Putih itu. (Apakah di sana banyak gajah putih? Sedikit sekali sodara. Tapi di film ini, setiap scene di depan rumah tokohnya, pasti ada patung gajah putih).

Kisah ini dibuat alur maju-mundur-maju alias campuran. Di awali dengan adegan pameran fotografinya Khun Shone, seorang fotografer profesional yang ganteng, tapi sudah memilik satu putra. Foto yang dia pamerkan hanya berobjek satu orang saja. Foto yang diambilnya sembilan tahun lalu. Dan tentu, karenanya gantengnya, para pengunjung bukannya berfoto ria dengan karyanya, tapi justru dengan si ganteng itu.

Sembilan tahun lalu....
Khun Nam, seorang gadis ugly dengan rambut cepak, kaca mata culun dan kulit hitam legam selalu membeli kue di siang hari di sebuah toko dekat traffick light. Dan di setiap itulah, tujuan utamanya terpenuhi: memandangi cowok ganteng yang dia taksir tepat ketika lampu berwarna merah.

(Saya baru tahu juga, kata “Khun” digunakan untuk memanggil setiap nama orang. Juga Phi, sepeti P’Shone yang mungkin artinya sama dengan Mas Shone. Sama dengan “Chan” untuk cewek dan “Kun” untuk cowok di Jepang. Sama pula dengan “Chong”-nya orang Madura, “Bang”-nya orang Padang, dan “Akang”-nya orang Sunda)

Mungkin sama dengan semua orang di dunia ini yang pernah mengalami jatuh cinta pertama, Nam dimabuk asmara akut. Tapi sepenuhnya dia sadar dengan kondisinya yang ugly itu. Dia, dengan gangnya sampai membeli buku “9 Panduan Cinta” untuk mengekspresikan kekatrokan perasaannya.

Namun ternyata, Nam banyak saingannya. Banyak cewek cantik yang suka dengan Shone pula. Dan setiap kali dia ingin mengekspresikan perasaannya, dia kena sial. Misal, saat membelikan coklat dan ditaruh di motor si Shone, dia tidak menyadari bahwa coklat bisa leleh di Negara tropis. Dan kekoplakan lainnya.

Singkat cerita, Nam berusaha menjadi lebih cantik, lebih pintar, dan menguasai keterampilan lain yang bisa membuat Shone tertarik padanya. Namun, Shone tetap cuek dengan sikap kakunya.

Nam sendiri memilik obsesi menemui Bapaknya di Amerika. Jika dia mampu memperoleh juara 1, dia akan dibelikan tiket ke USA. Ibunya pun sangat marah ketika mengetahui Nam sedang naksir seseorang. Ibunya hanya menginginkan Nam focus belajar agar bisa ke Amerika. (karena sebelumnya dia rangking 30 di kelasnya).

Sementara, Shone memiliki obsesi menjadi pemain sepak bola namun dibayangi kegagalan pinalti sang ayah di pentas sepak bola provinsi, tepat ketika dirinya lahir. Bayang-bayang kegagalan itu terus menghantui ayahnya, dan menular pada dirinya. Untuk itu, hobinya ber”pindah” berfotografi. Apa pun ia bidik secara otodidak.

Datanglah P’Top , murid pindahan yang juga sahabat karib P’Shone. Sejak awal, P’Top sudah mengagumi Nam karena kecantikannya. P’Shone pun tahu. Walaupun saat itu, Nam menjadi lebih cantik, lebih putih, pintar dan sedang latihan menjadi mayoret drum demi terlihat “wah” di depan Shone.

P’Top menembak Nam untuk menjadi pacarnya, namun Nam tidak memberikan jawabannya karena dia hanya mencintai P’Shone. Dia pun berteman akrab dengan dengan keduanya, Shone dan Top. Sampai detik itu, sikap Shone tetap dingin dengannya.

Sampai suatu saat, dalam pesta ulang tahun temannya Top, Nam dicium oleh Top. Nam merasa shock dan sedih sekaligus. Akhirnya Nam marah besar pada Tom. Dia mengutarakan bahwa dia tidak pernah memberikan jawaban “iya” untuk menjadi pacarnya, karena dia hanya mencintai seseorang.

Top menyadari, bahwa Shone lah orang itu. Akhirnya Top dan Shone membuat kesepakatan untuk tidak memacari Nam atas dasar persahabatan.

Akhir musim sekolah sudah selesai. Nam menjadi juara kelas. Shone pun diterima di sebuah sekolah klub sepak bola di Bangkok. Saatnya mereka berpisah. Sama dengan di Negara kita, mereka juga ada tradisi corat-coret baju ketika kelulusan diumumkan.

Hingga detik itu, Nam tidak pernah mengutarakan perasaannya ke Shone. Sampai ketiga sahabatnya mengoporinya untuk mengungkapkan perasaannya. Ia pun nekad. Dan di saat corat-coret-baju sedang berlangsung, Shone menuju ke samping kolam renang sekolah untuk memotret euphoria kelulusan mereka.

Nam pun menceritakan semua perasaanya ke dia. Mengapa dia berusaha menjadi lebih cantik? Mengapa dia mati-matian belajar jadi mayoret? Mengapa dia begitu perhatian kepada dia?
“Semua karenamu. Semua demi kamu....”

Namun ternyata, Shone sudah terlanjur menjalin asmara dengan temannya sendiri, namanya Pia. Hancurlah hatinya......

Nam pergi kuliah ke Amerika, dan Shone melanjutkan studi di sekolah sepak bola. Sebelum mereka berpisah, Shone memberikan sebuah buku diary yang berisi semua jepretannya tentang Nam. Ia meletakan buku itu di depan rumah Nam. Mereka berpapasan ketika Nam di lantai dua menangis bombai, sementara Shone di bawah berjalan gontai di depan rumah Nam.

(Ini mungkin adegan paling mellow yang ada di film ini, mungkin seperti adegan Cate Winslet ketika ditinggal Leonardo D’caprio tenggelam di dasar lautan dalam Titanic)

Ternyata Shone itu juga mencintai Nam sejak awal, jauh sebelum dia menjadi putih dan cantik. Ia memotret hampir setiap momen mereka bersama, yang tidak disadari oleh Nam (dan oleh kameraman filmnya juga menyembunyikan bagian ini, haha).

Hanya Shone tida berani mengungkapkan perasannya. Saat ada keberanian, dirinya merasa sungkan dengan Top, sobat karibnya sendiri. Akhirnya dia mengalah, demi cintanya yang tak terekspresikan. Dia memilih bersekolah. Dan mereka berpisah.

Sembilan tahun kemudian...
Kembali ke adegan pameran fotografi. Shone mengembalikan “anaknya” kepadanya ibu biologisnya. Ternyata, dia hanya mengasuh anak mantan pacarnya dahulu. Dia akan menuju ke sebuah talk show televisi.

Sementara itu, Nam adalah narasumber utama dalam talkshow Televisi  itu karena prestasinya sebagai desainer Internasional dan sampai tembus New York. Saat disinggug bahwa dia punya masa lalu sebagai cewek ugly, dia bercerita mengapa dia berubah menjadi seperti sekarang.

Dia berubah karena pernah mencintai seseorang hingga saat ini. Rasa itu membuat dirinya harus menjadi lebih cantik, lebih pintar, bisa menjadi mayoret drum, dan menjadi terus lebih baik. Diungkapkan juga bahwa kisah mereka berakhir dengan bad ending. Walaupun begitu, dia ternyata memaknai cinta dengan jalan yang baik.

“But when i think about it, he is like my inspiration. He made me use the love in good way. He like power that support me to be better and better until today”

Dalam percakapan terakhir, Shone memberitahukan bahwa kancing yang selama ini disimpan Nam bukanlah kancingnya dia. Sementara, Nam diberi kesempatan pula untuk memberikan pertanyaan kepada Shone.

Nam: “Apakah kamu sudah menikah?”

(dan seperti sinetron Indonesia, tiba-tiba adegan dibuat slow motion dengan backsound mellow abiez)

Shone: “Ehhhmmm...”

(Scene harap-harap cemas)

Shone: “Uhmmm..Aku mengunggu seseorang pulang dari Amerika”
#so sweet J

Ini adalah lirik lagu penutupnya yang cukup cooo cuuit. Mungkin di Negara asalnya, film ini adalah Titanic-nya merea versi happy ending, hehe. Silahkan dicomot liriknya gan...

(saya tidak tahu judulnya apa?)

Can you hear that?
My heart....
Is telling you “I love you”
But i can’t reveal my true feeling to anyone

Can you hear that?
My heart...
Is waiting there for you to open
And i can only hope you will know it
That i’m the one here to love you

I am begging you please know it
Someday

*******

Sangat tidak direkomendasikan untuk yang sedang galau aramsa. Cocok buat menambah pengetahuan budaya Negara tetangga, hiburan praktis dalam realitas yang serba tidak romantis, langkah praktis lari dari dunia nyara (sementara) dan obat galau yang lumayan ampuh untuk menghilangkan kantuk.
Perhatian (satu lagi): tidak cocok untuk orang 4lL@Y !

1 comment:

Anonymous said...

judulnya..someday

Post a Comment