“Pernahkan
anda jatuh cinta ketika SMA? Atau anda hanya pernah mengalami jatuh cinta
sekali selama hidup anda? Atau anda saat ini sedang bersama orang yang sama ketika jatuh cinta pertama?”
Tulisan
saya ini tentang sebuah film, bukan curhatan ya. Awalnya saya melihat
cepet-cepetan film ini, dan saya tertarik sekali. Sebenarnya saya menyadari
kalau ini film drama, sudah begitu drama percintaan remaja! Allay nggak sih?
Tahu apa yang membuat saya tertarik? Setting filmnya adalah Thailand!
Apakah
selera saya aneh? Terserah anda yang menilai. Negara Thailand mengingatkan tiga
teman saya dari Thailand tempo hari yang satu orang sudah balik ke negaranya.
Kedua, saya sangat suka mengamati kebudayaan, tata adat, nilai, norma,
kebiasaan, sampai gaya bertutur bahasa dari suatu Negeri lain. Apalagi ini
Negara Asia tenggara, yang hanya saya ketahui dari Upin-Ipin setiap hari.
Sementara Negara lain? Nothing. Apalagi
horor Thailand saya pun tidak suka.
Pokoknya,
film ini sangat cocok buat yang ingin bernostalgila dengan masa remajanya,
mencari inspirasi, atau sedang mencari cinta sejatinya? Maybe...
******
Okelah,
filmnya berjudulnya Crazy Little Thing Called Love (2010). Dari judulnya saja,
saya yakin isinya pasti mellow sangat khas remaja-remaja allay. Tapi ternyata
tidak sodara-sodara! Ya memang ada mellownya dikit, tapi mirip AADC-nya kita.
Film percintaan remaja yang dibuat realistis, tidak seperti sinetron “Ibu
Mertua Yang Ditukar” itu.
Settingnya
Sekolah SMA (atau SMP?) di Negara Gajah Putih itu. (Apakah di sana banyak gajah
putih? Sedikit sekali sodara. Tapi di film ini, setiap scene di depan rumah tokohnya, pasti ada patung gajah putih).
Kisah
ini dibuat alur maju-mundur-maju alias campuran. Di awali dengan adegan pameran
fotografinya Khun Shone, seorang fotografer profesional yang ganteng, tapi sudah
memilik satu putra. Foto yang dia pamerkan hanya berobjek satu orang saja. Foto
yang diambilnya sembilan tahun lalu. Dan tentu, karenanya gantengnya, para
pengunjung bukannya berfoto ria dengan karyanya, tapi justru dengan si ganteng
itu.
Sembilan tahun lalu....
Khun
Nam, seorang gadis ugly dengan rambut
cepak, kaca mata culun dan kulit hitam legam selalu membeli kue di siang hari
di sebuah toko dekat traffick light.
Dan di setiap itulah, tujuan utamanya terpenuhi: memandangi cowok ganteng yang
dia taksir tepat ketika lampu berwarna merah.
(Saya
baru tahu juga, kata “Khun” digunakan untuk memanggil setiap nama orang. Juga
Phi, sepeti P’Shone yang mungkin artinya sama dengan Mas Shone. Sama dengan
“Chan” untuk cewek dan “Kun” untuk cowok di Jepang. Sama pula dengan
“Chong”-nya orang Madura, “Bang”-nya orang Padang, dan “Akang”-nya orang Sunda)
Mungkin
sama dengan semua orang di dunia ini yang pernah mengalami jatuh cinta pertama,
Nam dimabuk asmara akut. Tapi sepenuhnya dia sadar dengan kondisinya yang ugly itu. Dia, dengan gangnya sampai
membeli buku “9 Panduan Cinta” untuk mengekspresikan kekatrokan perasaannya.
Namun
ternyata, Nam banyak saingannya. Banyak cewek cantik yang suka dengan Shone
pula. Dan setiap kali dia ingin mengekspresikan perasaannya, dia kena sial.
Misal, saat membelikan coklat dan ditaruh di motor si Shone, dia tidak
menyadari bahwa coklat bisa leleh di Negara tropis. Dan kekoplakan lainnya.
Singkat
cerita, Nam berusaha menjadi lebih cantik, lebih pintar, dan menguasai
keterampilan lain yang bisa membuat Shone tertarik padanya. Namun, Shone tetap
cuek dengan sikap kakunya.
Nam
sendiri memilik obsesi menemui Bapaknya di Amerika. Jika dia mampu memperoleh
juara 1, dia akan dibelikan tiket ke USA. Ibunya pun sangat marah ketika
mengetahui Nam sedang naksir seseorang. Ibunya hanya menginginkan Nam focus
belajar agar bisa ke Amerika. (karena sebelumnya dia rangking 30 di kelasnya).
Sementara,
Shone memiliki obsesi menjadi pemain sepak bola namun dibayangi kegagalan
pinalti sang ayah di pentas sepak bola provinsi, tepat ketika dirinya lahir.
Bayang-bayang kegagalan itu terus menghantui ayahnya, dan menular pada dirinya.
Untuk itu, hobinya ber”pindah” berfotografi. Apa pun ia bidik secara otodidak.
Datanglah
P’Top , murid pindahan yang juga sahabat karib P’Shone. Sejak awal, P’Top sudah
mengagumi Nam karena kecantikannya. P’Shone pun tahu. Walaupun saat itu, Nam
menjadi lebih cantik, lebih putih, pintar dan sedang latihan menjadi mayoret
drum demi terlihat “wah” di depan Shone.
P’Top
menembak Nam untuk menjadi pacarnya, namun Nam tidak memberikan jawabannya
karena dia hanya mencintai P’Shone. Dia pun berteman akrab dengan dengan
keduanya, Shone dan Top. Sampai detik itu, sikap Shone tetap dingin dengannya.
Sampai
suatu saat, dalam pesta ulang tahun temannya Top, Nam dicium oleh Top. Nam
merasa shock dan sedih sekaligus. Akhirnya Nam marah besar pada Tom. Dia
mengutarakan bahwa dia tidak pernah memberikan jawaban “iya” untuk menjadi
pacarnya, karena dia hanya mencintai seseorang.
Top
menyadari, bahwa Shone lah orang itu. Akhirnya Top dan Shone membuat
kesepakatan untuk tidak memacari Nam atas dasar persahabatan.
Akhir
musim sekolah sudah selesai. Nam menjadi juara kelas. Shone pun diterima di
sebuah sekolah klub sepak bola di Bangkok. Saatnya mereka berpisah. Sama dengan
di Negara kita, mereka juga ada tradisi corat-coret baju ketika kelulusan
diumumkan.
Hingga
detik itu, Nam tidak pernah mengutarakan perasaannya ke Shone. Sampai ketiga
sahabatnya mengoporinya untuk mengungkapkan perasaannya. Ia pun nekad. Dan di
saat corat-coret-baju sedang berlangsung, Shone menuju ke samping kolam renang
sekolah untuk memotret euphoria kelulusan mereka.
Nam
pun menceritakan semua perasaanya ke dia. Mengapa dia berusaha menjadi lebih
cantik? Mengapa dia mati-matian belajar jadi mayoret? Mengapa dia begitu
perhatian kepada dia?
“Semua
karenamu. Semua demi kamu....”
Namun
ternyata, Shone sudah terlanjur menjalin asmara dengan temannya sendiri,
namanya Pia. Hancurlah hatinya......
Nam
pergi kuliah ke Amerika, dan Shone melanjutkan studi di sekolah sepak bola.
Sebelum mereka berpisah, Shone memberikan sebuah buku diary yang berisi semua
jepretannya tentang Nam. Ia meletakan buku itu di depan rumah Nam. Mereka
berpapasan ketika Nam di lantai dua menangis bombai, sementara Shone di bawah
berjalan gontai di depan rumah Nam.
(Ini
mungkin adegan paling mellow yang ada
di film ini, mungkin seperti adegan Cate Winslet ketika ditinggal Leonardo
D’caprio tenggelam di dasar lautan dalam Titanic)
Ternyata
Shone itu juga mencintai Nam sejak awal, jauh sebelum dia menjadi putih dan
cantik. Ia memotret hampir setiap momen mereka bersama, yang tidak disadari
oleh Nam (dan oleh kameraman filmnya juga menyembunyikan bagian ini, haha).
Hanya
Shone tida berani mengungkapkan perasannya. Saat ada keberanian, dirinya merasa
sungkan dengan Top, sobat karibnya sendiri. Akhirnya dia mengalah, demi
cintanya yang tak terekspresikan. Dia memilih bersekolah. Dan mereka berpisah.
Sembilan tahun kemudian...
Kembali
ke adegan pameran fotografi. Shone mengembalikan “anaknya” kepadanya ibu
biologisnya. Ternyata, dia hanya mengasuh anak mantan pacarnya dahulu. Dia akan
menuju ke sebuah talk show televisi.
Sementara
itu, Nam adalah narasumber utama dalam talkshow
Televisi itu karena prestasinya sebagai
desainer Internasional dan sampai tembus New York. Saat disinggug bahwa dia
punya masa lalu sebagai cewek ugly,
dia bercerita mengapa dia berubah menjadi seperti sekarang.
Dia
berubah karena pernah mencintai seseorang hingga saat ini. Rasa itu membuat
dirinya harus menjadi lebih cantik, lebih pintar, bisa menjadi mayoret drum,
dan menjadi terus lebih baik. Diungkapkan juga bahwa kisah mereka berakhir
dengan bad ending. Walaupun begitu, dia ternyata memaknai cinta dengan jalan
yang baik.
“But when i think about it,
he is like my inspiration. He made me use the love in good way. He like power
that support me to be better and better until today”
Dalam
percakapan terakhir, Shone memberitahukan bahwa kancing yang selama ini
disimpan Nam bukanlah kancingnya dia. Sementara, Nam diberi kesempatan pula
untuk memberikan pertanyaan kepada Shone.
Nam:
“Apakah kamu sudah menikah?”
(dan
seperti sinetron Indonesia, tiba-tiba adegan dibuat slow motion dengan backsound
mellow abiez)
Shone:
“Ehhhmmm...”
(Scene harap-harap cemas)
Shone:
“Uhmmm..Aku mengunggu seseorang pulang dari Amerika”
#so
sweet J
Ini
adalah lirik lagu penutupnya yang cukup cooo cuuit. Mungkin di Negara asalnya,
film ini adalah Titanic-nya merea versi happy ending, hehe. Silahkan dicomot
liriknya gan...
(saya tidak tahu judulnya
apa?)
Can you hear that?
My heart....
Is telling you “I love you”
But i can’t reveal my true
feeling to anyone
Can you hear that?
My heart...
Is waiting there for you to
open
And i can only hope you
will know it
That i’m the one here to
love you
I am begging you please
know it
Someday
*******
Sangat
tidak direkomendasikan untuk yang sedang galau aramsa. Cocok buat menambah
pengetahuan budaya Negara tetangga, hiburan praktis dalam realitas yang serba
tidak romantis, langkah praktis lari dari dunia nyara (sementara) dan obat
galau yang lumayan ampuh untuk menghilangkan kantuk.
Perhatian
(satu lagi): tidak cocok untuk orang 4lL@Y !
1 comment:
judulnya..someday
Post a Comment