1 Mar 2011

Hanya 8 Hari!


Kebetulan. Pas, tidak direncanakan. Saat takdir merembet menabur kejadian di sekitar kita. Layaknya waktu. Menerkam setiap jengkal umur tanpa permisi. Maut, juga begitu.

Roller coaster hidup itu melaju terus. Terperangah menyaksikannya. Aku menjadi bagian dari drama kehidupan itu.  Menahan nafas hidup yang semakin sedikit. Lemas.

Kawan, aku percaya bahwa kematian adalah fase hidup. Sama seperti anak-anak, masa pubertas, pernikahan atau kelahiran bayi.

Sudahlah, sepertinya aku hanya ingin bercerita saja.

#15 Februari, saya melayat almarhum kakek teman saya di Jogja. Ya, tepat hari pertama saya sampai di sana. Sholat jenazah dan sedikit menyaksikan adat prosesi pemakaman di sana yang aneh. Seperti sebuah hajatan pernikahan/khitan, mereka juga mengusung terob, kursi, jajanan, dan sound system saat . Sementara jenazah di taruh di sebuah pendopo selama hampir seharian penuh sambil mengunggu orang terdekat yang mau men-sholati.

#16 Februari malam saya harus kembali ke Surabaya untuk kembali melayat nenek teman saya. Langsung meluncur dari Jogja-Surabaya dan langsung juga menuju rumah duka. Lebih cepat dan lebih praktis. Jam tujuh pagi sudah disiapkan untuk pemakamannya. Ikut Sholat jenazah (lagi) dan mengantar sampai di pemakaman. Hingga seluruh keluarga ahli kubur kembali ke rumah.

#16 Februari, pasca pemakaman. Saya meluncur ke rumah senior yang baru memiliki anak pertama. Dengan pakaian lengkap dari pemakaman dan perlengakapan lengkap dari Jogja. Belum sampai balik ke rumah untuk ganti. Ada juga bekas tanah pemakaman di celana (kondisi tanah basah).

#23 Februari jam 9 malam, saya diberi kabar bahwa kakek saya meninggal dunia. Saya menghela nafas panjang. Relaksasi untuk berpikir rileks. 

#24 Februari pagi, saya meluncur ke Tuban segera.

#25 Februari, saya baru mengetahui kabar bahwa sepupu saya barusan hamil 3 bulan.

HANYA 8 HARI!

No comments:

Post a Comment