28 Mar 2011

Happy Family


Adalah sebuah hal yang sangat berharga ketika bersama-sama dengan orang yang disayangi dan dicintai. Lihatlah seorang anak kecil yang meronta-ronta belajar untuk berjalan dipapah ibunya. Dia tertawa. Ibunya girang bukan main. Ah, dunia senantiasa indah jika diumpamakan dengan analogi ibu-anak. 

Juga diriku saat ini. Berkumpul dengan keluarga. Berbicara bersama. Tertawa bersama. Menyaksikan Bapak, Ibu, Adik, Nenek, Bibi, dan Pak Dhe bisa tertawa lepas bersama. Sungguh pengalaman yang sangat indah. Unforgetable moment. Sekali seumur hidup!

Terlebih mereka juga sukses membuat saya tertawa. Hal ini unik, karena hampir mayoritas waktuku ketika pulang ke rumah ku habiskan untuk menjadi pendengar aktif. Mendengar, mendengar dan terus mendengar. Nah, kali ini saya dibuat terpingkal-pingkal oleh obrolan mereka. Emang bahas apa mereka?

Ceritanya begini. Nenekku itu sering mengeluh beberapa peralatan dapurnya yang hilang tak diketahui rimbanya. Lihatlah sendoknya yang hilang beberapa kali. Juga pisaunya. Bahkan sekitar sebulan yang lalu membeli sepuluh pisau, namun kini sudah raib semua. Tanya kenapa?

Usut punya usut ternyata itu karena sifat pikunnya Nenekku. Ibuku sering menemukan sendok yang ikut terbakar di tungku (kalau memasak menggunakan tungku). Karena sendoknya dikira kayu bakar. Kalau nggak gitu, pisaunya ikutan tersapu bersama sampah-sampah lainnya.

Yang lebih parah lagi, ada tetangga yang pikunnya membuat perut terpingkal-pingkal. Sendoknya sering hilang namun dia sering mencarinya di rumah menantunya (rumah berdekatan). Eh begitu dicari bersama-sama, sendoknya sudah berada di tumpukan sampah di belakang rumah. Tanya kenapa?

Juga cerita ketika beliau mau memasak sayur yang salah satu bahan dasarnya adalah terong. Entah terobsesi apa, begitu sayurnya matang, yanga ada di dalam sayurnya bukan terong tapi uleg-uleg (alat pembuat sambal). Sihir apa yang sudah mengubah terong menjadi uleg-uleg? 

Kali ini dari cerita adikku. Saat masak lele goreng yang dibumbui. Begitu sudah hampir matang, dia mencoba untuk mencicipinya. Ada yang ganjil. Rasanya manis sekali.Ada yang salah? Ternyata dia salah memasukkan Masako. Bukan Masako yang dia masukkan tapi Sari Manis (sejenis pemanis buatan). Parahnya lagi, pemanis itu juga dimasukkan ke dalam sayur asem. Jadinya rasa sayurnya menjadi asam manis. Mirip permen Nano Nano, hehe.

Sekian cerita dari desa. Semoga terhibur.

No comments:

Post a Comment