31 Dec 2011

Komitmen Kopor



Emang mengikat komitmen itu segampang ngikat sapu lidi? 

Rasanya dua hari itu saya ingin mencak-mencak gara-gara tingkah satu orang. Dia itu, dengan semangat seperti seorang pelopor perjuangan, dengan mental berani mati, demi mengopori saya untuk menikah. Helloooo? Menikah!

AAAAPA?
#gaya sinetron

Sekali, saya bergeming. Dua kali, saya mulai bantah. Tiga kali, adu cekcok. Seterusnya, saya maki-maki dia. Kok semangat sekali mengopori saya untuk hal ini? Ada tendensi personal yang dia usung dengan tema spesial ini.

"Heh, koen iku ngopor-kopori terus, nasehati terus, untuk hal yang belum kamu lakukan juga! Nuding awakmu dewe sono!"

Saya geram. Bayangkan, sepanjang perjalanan lima jam menuju Surabaya, saya bersms ria dengan dia dengan topik yang sama dengan argumen yang sama dan dengan semangat yang sama (dia ngotot, saya ngeyel). Lengkap. 

Nyampe Surabaya, Akhirnya, dia nyerah juga. Setelah saya bombandir dengan statement sarkasme yang menciutkan hatinya, haha #tawasadis.

Okelah, jujur saja, saya pernah berujar bahwa:

"Nikah itu kebaikan, nikah itu ibadah. Maka, berlomba-lomba untuk segera menikah, adalah berlomba-lomba dalam ibadah dan kebaikan (fastabikhul khoirot)"

Saya setuju dengan argumen saya. Hanya untuk saat ini dan beberapa tahun ke depan, saya tidak ada obsesi ke arah sana. Anda boleh sepakat atau tidak? Terserah.

2 comments:

Ran Rani said...

nikah itu obsesi??

hudahoe said...

May...Maybe yes, maybe no...
ijek cilik, ojo ngomong topik iki, wakakaka

Post a Comment