2 Jun 2011

Agama?

Selama ini, kita mengira bahwa rasa ingin tahu lah yang melahirkan peradaban. Padahal rasa pengesaan atas Suatu Yang Kuasa lah yang menjadi bibitnya. Tentang bagaimana Tuhan berbicara dengan manusia. Juga kisah ribuan tahun yang terbenam karena masa.

Rasanya, aforisme dari Karl Marx berbunyi: Agama adalah Candu bukanlah retorika di belakang panggung belaka. Ini manifestasi. Sebuah hipotesa nalar dari sejarah yang terserak bernama agama. Dari kepercayaan yang berdiri bersama tokoh, kitab suci, penyebar serta kaumnya. Dia berdiri rapuh, berubah dari generasi ke generasi. Lahirlah agama baru, nabi baru, kepercayaan baru atau bahkan tuhan yang baru.

Sepertinya agama juga bagian dari roller coaster seperti zaman modern ini. Meniliknya, seolah harus menganga lebih lebar dan mengakui bahwa manusia itu makhluk. Sesuatu yang sangat kecil. Tapi mengapa agama harus ada? Atau agama itu hasil peradaban? Di Jawa, Papua, Mesopotamia, Hokaido, Athena, Persia, Mongol, atau di tanah Hindustan? Semua agamanya berbeda.

Anak kecil negeri ini diwajibkan mengenal 6 agama nasional: Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Tapi apakah ada yang mengenal definisi tuhan mereka masing-masing? Atau setidaknya, mengapa orang memilih beragama ini, tanpa mau tahu (atau justru malas untuk mencari tahu) alasannya?

Jujur, saya tidak mengenal agama ini:  Saintologi, Sikh, Marapu, Mormon, Zoroastrian, Kaharingan, Parmalim dan lainnya. Padahal mereka ada, diakui oleh negara pula. Apakah jika kita lahir di Jepang, sudah pasti 99,999999% kita tidak tahu apa itu Islam? 


Kadang malah saya berpikir lebih seperti ini. Orang pedalaman Papua atau suku primitif di hutan Amazon itu apakah masih dikenai tanggung jawab untuk mengabdi pada Tuhan yang kita yakini kebenarannya? Juga tentang surga dan neraka, apakah mereka bakal masuk salah satunya atau malah justru kita tidak perlu mencari tahu jawabannya. Bikin pusing.

Ah, untuk apa berorasi tentang agama. Toh, banyak orang yang mengaku beragama, mengapa nalar dan tabiatnya tidak berperiketuhanan?

No comments:

Post a Comment