16 Jun 2011

Keluyuran


Perjalanan nglayap hari ini. Untuk apa? Hanya perjalanan "dinas" tentatif. Ya, sambil mengisi kebuthekan pikiran dengan TA, Tugas Mekatro, UAS, aneka jenis deadline buku, hebohnya rumah, dan bala tentaranya. Saya paling tidak bisa disuruh diam hanya mengerjakan satu hal saja. Tapi saya juga punya hobi seteres akut kalau semua hal yang akan saya selesaikan justru masih di tengah jalan, mandeg atau bahkan buntu. Beban mental ini mirip hantu gentayangan. Suer! Duer!

Ya sudah, akhirnya hari ini saya membolangkan tubuh ini sembari memenuhi janji dan beberapa misi. Liburan sekalian menyusun misi strategi.

Pertama, saya datang ke Taman Bungkul. Kedatangan ini sempet tertunda karena saya harus menjaga adik dan rumah yang kosong tidak ada penghuninya. Menemui seseorang buat mbantu nambahi data skripsi. Daripada bengong, saya pun jeprat jepret sana sini. Tatataaa....Dapatlah gambar-gambar di bawah ini, cekidot!

Sebagai kawasan kompleks pemakaman tua, Taman Bungkul pernah didemo sama para Nahdhiyin tentang area taman yang dijadikan tempat mesum para pemuda-pemudi Surabaya. Peringatan gambar di atas hanya bukti saja. Para petugas satpol PP perempuan setiap hari berjaga rutin di sana untuk menjaring para pelaku mesum. Bahkan, siang hari pun, mereka juga standby. Siang itu pula. Ehmmm...









Satu hal lain yang saya sukai dari Taman di Surabaya adalah aneka warna warni bunga. Menyejukkan mata. Aneh kan? Masak seorang mahasiswa teknik suka dengan bunga, haha.  Aku suka dengan keragaman hayati, termasuk keunikan biota fauna. Benar-benar ciptaan yang luar biasa!


Spot lainnya pasti tempat nongkrong atau venue utamanya. Ada nilai artistik di setiap taman kota ini. Kalau yang paling berkesan pasti di taman Pelangi. Pilar-pilar berbentuk daunnya kalau malam hari benar-benar mengalihkan konsentrasi menyetir, hehe. Pengennya senantiasa melihatnya terus. Nah, kalau di Taman Bungkul ini, bagian tengahnya sangat luas. Membentuk lingkaran sempurna dengan tempat duduk berudak di sampingnya. Kalau malam, apalagi malam minggu, penuh sesak dengan manusia.



Pertemuan pertama selasai, saya memutar penuh gas sepeda menuju kawasan Tambaksari. Adzan bergema, saya putuskan untuk sholat ashar di Masjid Cheng Ho. Ya, masjid bernuansa oriental ini sungguh memorable bagiku. Yang paling saya ingat, ketika Liqo' empat tahun silam. Ada teman saya yang kebagian memberikan tausyiah, namun suara hilang karena sakit tenggorokan parah. Tanpa dispensasi, dia pun diharuskan ceramah dengan bahasa isyarat. Bahkan ada beberapa kata yang harus ditulis di atas kertas, hehe. Foto kedua dari atas adalah prasasti penjelasan silsilah dan perjalanan Cheng Ho. Ya, walaupun dia diyakini mendarat di Semarang, namun gema dakwahnya juga masih terasa sampai sekarang di kota Surabaya tercinta.

Ini dia, tempat baru bagi saya. Taman Mundu, taman baru made in Pemkot Surabaya. Luasnya hampir separuh Taman Bungkul. Kekhasan taman ini terletak pada kolam air yang luas sekali dengan pancuran air. Kalau aku secara pribadi menilai, taman ini adalah taman paling gersang di Surabaya. Pohonnya sangat jarang. Bukan kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), namun hanya Ruang Terbuka (RT) saja, hehe.






Tepat di depannya, adalah Gelora Sepuluh Nopember. Memakai ejaan lama dengan huruf "p" pada pelafalan November, sama persis dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Ya, saya pun kembali bernostalgila. Waktu SMA, saya begitu menghindari kawasan ini. Apalagi waktu ada pertandingan Persebaya, para Bonek sepertinya adalah anak yang lupa saudaranya sendiri. Sering warga Surabaya justru menjadi korban keberingasannya. Dengan iringan ratusan polisi yang disebar seantero Surabaya, pertandingan bola versus Persebaya seperti ada tamu dari negara seberang yang melancong ke kota ini.

Terakhir kali saya ke sini sekitar 2 tahun lalu, bukan untuk menonton bola, namun menghadiri janji. Aneh, semakin lama, stadion ini semakin "karatan". Entah mengapa, aku tidak begitu maniak dengan bola dan segala konflik serta gosipnya.

Taman Mundu juga menyediakan air minum gratis, mirip di luar negeri begitu. Jadi air mengalir deras mirip air mancur dan mulut kita harus membuka, masuklah air bersih layak minum ini. Mau mencoba?

 Ada peringatan unik di taman ini, di saat bagian taman lain bertuliskan "dilarang menginjakkan kaki di sini", eh ini malah ada arena taman bebas diinjak.

 Orang desain memikirkan desain visual tempat ini. Orang arsitektur juga mungkin.

 Kalau saya menghitung debit air yang dialirkan setiap detik, hehe

 Orang Teknik Lingkungan mungkin perlu menelaah lebih lanjut AMDAL mereka di bagian got taman ini.

Nah, berapa daya yang digunakan untuk mempompa air sebegitu banyaknya? Apa ini namanya bukan pemborosan energi? Mengapa tidak memakai paneh surya? Kata teman sebelah saya. Boleh juga.

 Ada pesawat aneh melintas di atas langit sana.........(katrok)


 Areka berekreasi para orang yang suka mencari gratisan, kata teman yang malam tadi saya temui. Apa ya? Tapi aku termasuk sih. Gratisjaya! 





Semakin malam, kawasan ini semakin eksotis. Lampu-lampu temaram menyembul sempurna. Menasbihkan diri sebagai ciptaan manusia yang layak dipuji dan dinikmati. Tapi, lihat di ujung foto ini. Ada foto bulan hampir sempurna memerkan keindahannya. Seolah tak peduli dengan apapun yang ada di bawahnya. Gagah berani. Menentang siapapun.

Dan kabarnya, hari ini 15 Juni 2011, bulan ini akan dimakan sang raksasa naga alias gerhana bulan total. Lihatlah, bagaimana orang di bumi menikmati efek cahaya dan bayangan dari ciptaan-Nya yang luar biasa indah ini. Mari kita lihat berita besok pagi. 

Menemui beberapa orang dalam sehari. Berputar-putar dari tempat satu ke tempat lainnya. Mengingatkan langkah kaki ini, 16 tahun silam. Ya, aku bisa!

No comments:

Post a Comment