"Komparasi paling mudah untuk menilai esensi sebuah perjalanan adalah membandingkan kepuasan batin yang anda rasakan dengan perjuangan yang harus anda lalui" -hoe
Lamat-lamat roda mobil berputar, melaju deras. Aroma keletihan membelukar di wajah, punggung, kaki dan seluruh tubuh. Riuh rendah jalanan mengiringi pikiran yang sudah mulai tiarap. Hamparan hijau di kanan kiri menutup kepenatan sedikit lebih segar. Suara parau kita beradu dengan tumpukan pasir yang terbawa di setiap barang bawaan. Oleh-oleh alami.
"Ayo rek, ada bagaimana pendapat kalian dari perjalanan 2 hari ini? Apakah kepuasan kalian sebanding dengan pengorbanan kalian?," tanyaku meluap keras.
"Pegel kabeh. Pengorbanan lebih banyak"
"Pemandangannya memang bagus sih, tapi pengorbanannya jauh lebih berat"
"Pengorbanan abot"
"Cukup sekali aku ke Sempu, gak bakal ke sini lagi"
"Biasa saja, aku gak ngrasain apa-apa" (ini adalah jawaban paling jeruk!)
######
Istilah kita untuk menamakan perjalanan ini bukanlah Bonek (Bondo Nekad), tapi Bomis (Bondo Bismillah). Tanpa pengalaman, hanya dengan keinginan membuncah dan tekad untuk ke sana saja. Titik. Akhirnya, setelah bergonta-ganti personel, boyband kita terbentuk ber-7 yakni Haris, Cep Iman, Ihram, Dery, Theo, Nugroho dan Fiqly. Dan saya sebagai manajernya.
Kita berangkat menyewa mobil Avanza hitam jam 6.30, molor setengah jam dari rencana.
Kata orang
Confucius sih, perjalanan 1 mil dimulai dari langkah pertama, namun petuah itu
tidak perlaku bagi kita. Mengapa? Karena mobil tidak berkaki, haha. Selain itu,
apa yang kita alami tidak bisa mencerminkan filosofi perjalanan sama sekali.
Tahu kenapa?
“Bukannya ini
jalan tol ini masuk ke Surabaya,” celetuk Cep Iman.
Itu adalah langkah pertama perjalanan kita, salah jalan a.k.a nyasar! Seharusnya kita keluar kota Surabaya, malah kita masuk kota Surabaya lagi menuju Darmo Satelite. Waktu terbuang hampir satu jam. Dan perjalanan sayup-sayup dimulai lagi dari putaran pertama (lagi) roda mobil.
Itu adalah langkah pertama perjalanan kita, salah jalan a.k.a nyasar! Seharusnya kita keluar kota Surabaya, malah kita masuk kota Surabaya lagi menuju Darmo Satelite. Waktu terbuang hampir satu jam. Dan perjalanan sayup-sayup dimulai lagi dari putaran pertama (lagi) roda mobil.
Waktu pun
berjalanan sangat lambat selama di dalam mobil. Sangat lambat karena hanya dua
hal yang kita lakukan, pertama: berdiam diri dengan bertumpu pada pantat yang
sama, kedua: membully Ihram, hahaha.
Tepat jam 11-an, sekitar 20 kilometer dari Pantai Sendang Biru kita berhenti di pasar antah berantah untuk membeli jagung, minyak tanah, air gelas, kertas minyak, korek api, dll (semangat entrepreneur, mau buka warung di sana, haha). Makan siang dijamak-qashar dengan sarapan, dan sekalian Sholat Jum’at.
Dan saat pergantian sopir dari Nugroho ke Fiqly inilah seluruh penumpang tidak ada yang berani dan tidak ada yang bisa tidur. Karena suasana menjadi dag-dig-dug-dueerr! Menegangkan! Style menyetir Maba Material ini membuat pikiran tidak tenang. Sampai ada adegan dimana kita ber-7 berteriak kompak, STOOP!
Tepat jam 11-an, sekitar 20 kilometer dari Pantai Sendang Biru kita berhenti di pasar antah berantah untuk membeli jagung, minyak tanah, air gelas, kertas minyak, korek api, dll (semangat entrepreneur, mau buka warung di sana, haha). Makan siang dijamak-qashar dengan sarapan, dan sekalian Sholat Jum’at.
Dan saat pergantian sopir dari Nugroho ke Fiqly inilah seluruh penumpang tidak ada yang berani dan tidak ada yang bisa tidur. Karena suasana menjadi dag-dig-dug-dueerr! Menegangkan! Style menyetir Maba Material ini membuat pikiran tidak tenang. Sampai ada adegan dimana kita ber-7 berteriak kompak, STOOP!
Mobil kita
nabrak pick-up. Untung tidak ada yang rusak. Sopir diganti Nugroho lagi.
Suasana menjadi tenang kembali dengan pemandangan jurang di kiri jalan yang
aduhai semampai indah. Jalan berkelok-kelok, naik-turun, bertikung kanan-kiri
seperti gerakan disko.
Dan, akhirnya kita
sampai di Pantai Sendang Biru jam 13.15, atau perjalanan bersih 4,5 jam. Tiket
dikenakan 50 ribu/mobil. Dan pemandangan pantai duduk manis memandang kita. Violaaaa :)
Pemandangan awal, fotonya jelek, padahal aslinya bagus
Nyari apa dik? "Nyari Keong Mas," jawabnya ketika saya tanya :)
Barisan perahu beragam ukuran :)
Mbambooongg!