#SoalJodoh
Pagi tadi, SMS membangunkan saya dari keluhan perut yang
melilit dan dada saya yang menyesak.
“Maaf Om, tidak bisa datang. Ada keperluan keluarga di
Sidoarjo”
“Oh gak papa boi. Sudah clear
kok. Lamaran ta? Haha”
“Hah? Maaf Om, jodohku tidak berada di tangan keluarga,
apalagi di tangan murobbi”
“(tercengang) Ya iya lah, jodoh kan di tangan Tuhan”
#Toea
Kata Mbah Pepatah Bijak, belajar itu tidak mengenal waktu. Seperti
Mbah putri kemarin sore. Di bawah rindangnya pohon Keres, beliau menaruh tongkat kayunya di samping
bangku bambu itu. Kakinya duduk bersimpuh, tangannya meletakkan tumpukan kertas
yang panjangnya hampir setengah meter.
Lamat-lamat, beliau membaca. Suaranya nyaring. Pelan. Bersandar
dengan semilir angin sepoi. Sekali-kali, balita kecil di belakangnya berceloteh
ria mengurai riuh suaranya. Saya pun hanya lewat saja, termangu. Diam-diam,
saya mengamati terus beliau yang seumuran dengan nenek saya, yang khusyu’
membaca Al Qur’an di depan teras rumahnya. Mengagumkan. Menenangkan.
#Ingin-Tapi
Pagi sekali, kakinya mengayuh sepeda pancalnya. Gemulai
sekali ayunan kakinya, seirama dengan paduan hijabnya yang panjang menjulang.
Embun pagi ini pun turut menyiram semangatnya. Hingga, tiba-tiba ia menghentikan
ayunannya dan keranjang sepedanya terpelanting ke depan.
Saya hanya mengamati, berdiam saja karena tidak tahu apakah
pertolongan saya akan membantu atau malah memperburuk keadaan. Dia seroang
akhwat yang saya tidak tahu siapa namanya, di situ tidak ada siapa-siapa
walaupun poisis di jalan raya. Saya bingung, harus menolong yang bisa
menimbulkan fitnah atau berdiam diri?
Saya masih terdiam, menyaksikan perjuangannya membenarkan
sepedanya, sendirian. Ya, saya pun masih terdiam saja. Sampai saya memilih
pergi meninggalkannya, hanya melihat dia yang sibuk membetulkan sepedanya.
Egois kah saya?
#Abang
“Mas itu seperti Kakakku, persis sekali”
“Oh ya? Emang apanya yang sama?”
“Kakakku itu kalau member nasehat selalu saya dengarkan. Dia
kalau berutur selalu dimulai dari hal-hal dasar sebelum memberikan nasehatnya.
Sehingga saya selalu bilang ‘iya’ jika berdebat dengan dia”
“Oh begitu. Apa memang saya seperti itu? Gak deh”
“Iya, Mas itu seperti Abangku. Kan kakak ku itu cewek, tapi
ada banyak hal yang sama dengan Mase”
“Ehmm...Kamu adalah orang yang kesekian yang bilang seperti
itu. Jadi saya biasa saja, hehe”
“Tapi itu keren lho Mase”
“Biasa saja, jangan allay, hahaha..”
No comments:
Post a Comment