"Ketika masa lalu hadir melewati lorong waktu, ia menjamah tanah masa kini. Ia bernafas dengan udara zaman sekarang. Ia berjalan teriringi oleh muda-mudi gaul. Ia berdiri sendiri. Ia hanya terdiam sebagai simbol nostalgia sesaat"
Malang Tempo Doeloe (MTD) 2012 hadir dengan segala euforia muda dan segala simboliknya. Teramaram lampu setengah gelap, baju batik yang mendominasi seluruh pengunjung, jajanan pasar, jejeran sepeda onthel, miniatur kota lama dan segala simbolik zaman dahulu memenuhi Jalan Ijen sepanjang dua kilometer ini.
Suhu malam hari yang cukup dingin (tentu, jika dibandingkan dengan kota Surabaya) seolah kalah telak oleh nafas ribuan manusia yang berjajar mengintarinya. Seolah kembali ke zaman dahulu, pengunjung yang didominasi oleh muda-mudi tumplek-blek menikmati setiap detail suguhan di spot.
MTD memang sejenis identitas. Di saat hampir semua kota Metropolitan diserbu dengan mall dan segala jenis identitas kapitalisme, kehadian MTD seperti gas oksigen yang baru keluar dari tumbuhan. Tempoe doeloe yang identik dengan kekunoan bisa disulap menjadi hal yang etnik, tiada duanya.
Sudah nampak dari altar petama ketika kaki menginjak di sini, ribuan kaki rela berdesakan demi suasana yang sengaja dihadirkan setahun sekali ini. Namun MTD mampu meleburkan semua alasan apa pun itu "hanya" dalam suasana jalanan saja. Sebuah tempat pelarian dari hedonitas kah? Entahlah..
Tidak banyak yang tahu alasan setiap personal setiap kaum muda mengapa mereka berjejalan di jalanan terbuka tanpa AC ini. Terlepas dari apa pun alasan mereka, satu hal yang pasti adalah identitas lokal-tradisional bukan masih menarik di mata mereka. Kaum muda tidaklah sehedon bayangan di televisi. Mereka masih bisa peduli dengan identitasnya.
Namun, satu hal masa kini yang tidak bisa disembunyikan dari segala simbol masa lalu adalah simbol modernitas dengan segala ismenya. Hal yang paling terlihat adalah soal individualistik, tidak saling sapanya antar pengunjung, aneka gadget terkini, merek branded yang tersemat di tubuh pengunjung, atau identitas kebahasaan yang sudah jauh berbeda dengan dulu.
MTD adalah sebuah
identitas yang sengaja dilahirkan kembali agar generasi muda tidak lupa
dengan masa lalunya, masa lalu orang tua, masa lalu kaumnya, masa lalu negerinya -hoe
Latihan Ngoperasikan Foto (amatiran)
Suasana Jalanan MTD, penuh anak muda
Anak Muda dan Mudi
Muda dengan settingan miniatur rumah toea
Identitas lama, tumpukan gerabah
Couple stan untuk berburu cincin non-emas
Lokomotif kota Malang doeloe, bersama fotografer Ais Santika
Miniatur Napeh beras (membersihkan beras dari kotorannya)
Foto paling koplak gara-gara mispersepsinya Ais, haha
Tolong divote siapa yang paling ganteng? Oke?
Tolong divote siapa yang paling ganteng? Oke?
Jejeran Angklung
Ais dengan Mogenya
Aneh, gara-gara salah setting kamera
Slow motion of walking arround MTD :)
Aneh sekali kan? Ngeblur bangeeetss
Miniatur bangunan toea dan mobil tua beneran
Peta Indonesia dari koin, sama seperti di ITS tempo hari
Stand buku lama dengan harga miring, ada beberapa buku yang tidak terlampau lama
Sinden, singer of wayang performance
Gethuk campur-campur, menu makan malam kita :)
Poconggg dan temannya, hahaha
Naga merah (pecinan)
Memancing hadiah BB!!!
Cucu yang tidak sopan!!!
Keong! Jadi inget anaknya Emak Upik, hahaha..
Rumahnya keong tadi, biar lebih menarik kayak istana Disney mungkin
Saya tidak tanya harganya, karena memang cuman niat motret doang, haha
Etnic :)
Classic :)
2 comments:
endi foto apik e?
apik an foto ku perasaan.
Eh, ada ade(k) :P
Fotonya ancor kabeh coz kita gak ngerti gimana caranya mensettingnya @.@
Tp jika ada kamu, pasti tambah anccoooorr, hahahaha
Post a Comment