7 Aug 2010

My Bussiest Day, Ramadhan 1430 H (Mozaik 2)


Saya juga ingin upgrade kemampuan berbahasa inggris saya yang sangat amburandul. Ingin mencoba ikut-ikut lomba tentang menulis, target kuliah de el el. Di kota Surabaya ini saya juga punya keluarga yang harus (minimal) saya sambangi setiap pekan. Membantu bekerja ataupun hanya sekedar untuk setor muka. Terakhir, saya juga harus pulkam rutin. Masak tiga tahun liburan 2,5 bulan harus ngendon terus di kampus.


Nah, akhirnya semua terjawab sebulan sebelum Ramadhan. Bukan berita baik, namun tak cukup buruk. Dengan mata berbinar-binar nan berkaca-kaca mirip Sahrukh Khan saat menatap Angelina Jolie dalam film Kuch Kuch Hota Hai (sejak kapan Angelina Jolie pindah ke Bollywood?), empat orang sahabat saya memohon dengan sangat untuk “membantu” sebuah kepanitian besar untuk bulan Ramadhan. Nama kegiatannya Ramadhan di Kampus 1430 H (RDK 30). Melihat semua yang sudah saya rencanakan dan telah saya lakukan, saya hanya berkata “Insya Allah, semampu saya”.


Namun nasib harus membawa saya jauh lebih dari kata “semampu saya”.  Teman-teman saya yang tergabung dalam Steering committee (SC) RDK 30 sudah berjuang sejak 6 bulan yang lalu tiba-tiba harus “pincang” di tengah jalan. Dua orang luar biasa dalam struktural memutuskan untuk walk out dari amanah ini. Praktis kondisi tim sangat tidak stabil, terlebih tinggal beberapa minggu sebelum Ramadhan yang sangat membutuhkan mobilitas tinggi. Saya tetap mengatakan, “akan saya bantu sebisa saya”.


Kalimat bijak berkata, cara bunuh diri paling praktis adalah dengan membebani diri dengan tanggung jawab sebanyak mungkin. Cukup ampuh juga, dengan tubuh hanya sebiji, saya harus merasakan adanya himpitan waktu yang ekstra kuat. Bayangkan saja, dengan aktifitas saya yang sudah saya tuliskan sebelumnya, aktifitas dalam kepanitian ini malah sungguh luar biasa mencekam. Saya justru dituntut lebih dari seorang “pembantu”.

Istilah yang kita pakai adalah “SC bayangan”, sebuah istilah teraneh dalam sejarah hidup manusia baik di dunia maupun akhirat. Saya harus memback up kinerja panitia bagian financial. Melihat angka yang tertera dalam proposal 164juta!, saya hanya bisa banyak berusaha seraya berdo’a ekstra. Mulai saat itu pula, saya merasa seperti baling-baling bambunya doraemon, muteeerrr terus. Mulai dari menyiapkan proposal, form donatur, nyebar donatur, negosiasi, konfirmasi, ngimel, sms, telp dll…….. (sampe mumet)

Dunia saya berputar terus, hal terunik dalam sejarah kehidupan saya. Memposisikan diri dalam suatu keadaan yang sangat kontradiktif dalam waktu yang hampir bersamaan. Pagi saya biasa rapat koordinasi dengan panitia RDK plus Organizing committee (OC) plus memastikan laporan magang temen-temen media. Agak siang, saya mulai bergerilya mencari sumber berita di kota Surabaya. Merayap seperti paparazi berburu foto selebritis. Biasanya sekaligus saya sambi dengan membawa beberapa proposal dan form donator untuk dibagikan.

 Menjelang sore, saya mulai menulis hasil wawancara (itupun kalau ada yang bisa ditulis, soalnya sering nihil). Kembali lagi ke kampus, memastikan progress setiap kinerja hari ini sekalian rapat lagi. Menjelang magrib saya harus ke Graha Pena untuk absen(setor muka plus setot berita), Agak malam, saya mulai kerja part time. Sampai menjelang jam 9. Evaluasi lagi. Kadang rapat internal ikhwan juga sampai larut malam. Baru bisa pulang ke kos dengan segunung PR untuk esok hari.

Itu hanya sekelumit aktifitas rutin. Di luar itu, sering saya merasakan hal-hal ganjil dalam dunia saya. Misalkan seperti ini, dalam sehari saya bisa mengadakan rapat 5 kali. Rapat sie dana RDK, rapat Media JMMI, rapat redaksi ITS Online, rapat komunal SC RDK, forum internal ikhwan dan rapat dengan Pengurus harian (PH) JMMI. Saya bisa rapat sambil melongo kalau hari itu harus banyak agenda yang harus dikerjakan. Saya bisa datang dalam banyak tempat dalam sehari. Di kantor Hidayatullah, kantor ITS Online, masjid Manarul Ilmi, Graha Pena Surabaya, SMAN 5 Surabaya, pantai Kenjeran, Tunjungan Plasa sampai Dolly. Terkadang juga sampai Gresik atau Sidoarjo untuk membagikan form donatur dan sponsor.

Muka saya harus bisa diubah menjadi banyak karakter. Kala bertemu narasumber yang sedang ngoceh, saya harus bisa menjadi pendengar yang baik. Saat rapat RDK, saya harus bingung lagi karena semua SC memiliki hobi yang sama dengan saya, bingung jamaah. Saat bertemu dengan adik-adik Smala, saya harus bisa mengimbangi mereka yang sangat kritis dan rame. Saat berjumpa adik-adik di Dolly, saya harus bisa menjadi kakak yang sabar. Saat harus berhadapan dengan layar komputer, saya harus bisa mengeluarkan seluruh imajinasi saya untuk menciptakan tulisan. Saat berada di dalam ruang kuliah, saya harus menguras otak kiri saya. Saat bertemu dengan keluarga, saya harus menjadi anak yang nurut. Dalam bekerja, saya harus professional. De ka ka.

Paradoksal hidup saya menjadi-jadi ketika perkuliahan saya dimulai. Sedetik waktu yang saya lalui menjadi sangat berarti. Sampai saya merasakan hal yang berlebihan dalam hidup saya, menjadi orang tersibuk sedunia, hahahaha. Satu hal masih saya ingat adalah hobi saya mencuci baju di tengah malam. Mirip kuntilanak yang sedang beraksi, tepat sebelum sahur. Gara-gara aktifitas saya ini pula, total ada 11 hari saya tidak bisa sahur saat bulan puasa.

(bersambung)

No comments:

Post a Comment