19 Aug 2010

My Bussiest Day, Ramadhan 1430 H (mozaik 3)



Ruang dan cahaya adalah suatu hal mutlak sedangkan waktu itu relatif –Albert Einstein-

Itu adalah kalimat kontroversial dari manusia abad 20. Di saat semua ilmuwan sudah menuhankan teori klasik Newton, justru Einstein mencoba menghalau pola pikir sains yang sudah terlanjur membatu, keras susah diubah. Namun ternyata dari rumusan teoritis itulah akhirnya Edington membuktikan kebenaran teori relatifitas Einstein hingga diakui di seluruh dunia dan menasbihkan Einstein sebagai manusia abad 20 versi majalah Time.

Saya tidak akan menjabarkan bagaimana si jenius itu mampu mendapatkan rumusan tentang relatifitas dari hukum ke-2 Newton (F=m.a). Sungguh, penjabaran yang sangat rumit dan saya sendiri juga tidak akan mampu memahami. Saya hanya ingin mengatakan, betapa nyatanya relatifitas waktu di dunia ini. Realoita berkata, tulisan ini memang saya tujukan untuk aktifitas tepat setahun yang lalu. Seperti sedetik yang lalu.


Menyambung dengan tulisan sebelumnya tentang sebuah memoar tergila dalam sejarah hidup pribadi saya (cerita sebelumnya bisa diklik di sini).



Salah satu hobi saya selama Ramadhan adalah pulang larut malam, tak jarang dini hari sekalian bungkus makan sahur. Untuk mengisi waktu luang tengah malam yang saya sebut sebagai waktu insomnia adalah dengan mencuci baju. Tidak rutin tiap hari tapi mencuci baju jam 2 malam member nuansa berbeda di tengah dengkuran teman kos saya. Soalnya saya punya tekad, selama saya masih punya tenaga dan waktu, pantangan bagi saya untuk me-loundry pakaian. (seumur hidup, saya belum pernah meloundry pakaian pribadi)


Nah, ini juga yang menjadi agenda unpredictable, membuat proposal PKM sebanyak dua buah. Karena tahun kemarin ada niatan untuk membuat namun buyar karena sibuknya semua anggota kelompok saya. Tahun ini, tidak boleh gagal. Tahukan kawan? Saya membuat dua proposal ini di saat jam istirahat orang berpuasa, jam 9 malam ke atas. Hobi begadang tengah malam semakin menjadi-jadi ketika deadline tinggal 2 hari.


Satu hal yang senantiasa saya ingat adalah kebiasaan saya towaf di serambi selatan masjid, muter terus untuk menemui satu per satu orang. Ketemu SC RDK untuk rapat internal, ketemu OC untuk briefing dan update progress, ketemu magang’ers media JMMI (biasanya 2-3 orang), ketemu tim PKM, ketemu tim EUREKA (agak rutin), rencana liputan magang esok hari, ketemu PH JMMI, dkk dll dst. Sering saya diingatkan oleh teman, “Ijek arep ketemu sopo maneh?”. Bahkan teman sejurusan menjuluki saya sebagai orang tersibuk ke-2 se-Indonesia setelah pak SBY. Yang ini julukan hiperbolis pol!

Kalau ini sebagai agenda silaturahim dan refreshing saya, buka bersama dengan teman SMA dan generasi Smala, EURO of Smalabaya dan Aliansi Generasi Loro of Smala (ANGLES). Tak usah ikut ribut mempersiapkan, tinggal datang dan bayar iuran, beres. Bersama mereka, saya seperi tuyul dalam baskom super raksasa. Tidak bisa mengimbangi guyonan mereka. Gokilnya mereka sudah setaraf bintang lima, atau bahkan bermatahari tujuh belas! Edan.

Akibat aktifitas saya yang sangat beragam dan berbenturan karakter, sering tubuh saya crack (retak) karena kurang cepat bisa adaptasi. Tidak hanya fisik, mental saya saya pun sering remuk. Beban psikologis merubah sikap saya. Neurosis, itu namanya. Semacam gejala sebelum menjadi gila. Gila tahap awal, stadium 1. Percayakah? Saya sendiri merasakan sendiri dan menyadari adanya kegilaan dalam diri saya. Tinggal beberapa langkah menuju RSJ Menur.


Saya hanya bisa berbuka bersama keluarga dua kali. Pulang ke kampung halaman empat hari kurang 8 jam selama rentang waktu 2,5 bulan. Pola makan saya menurun drastis. Tidur rata-rata 3 jam dalam sehari. Bahkan saya tidak sahur selama 11 hari! Itu artinya selama itu pula saya hanya makan sekali dalam sehari.

Otakku berputar. Pikiranku melayang. Kakiku melangkah terus. Tanganku tak hentinya menari di atas kertas dan keyboard. Imajinasiku menjadi dempul. Logikaku terperas habis. Ototku berkontraksi keras. Syarafku menegang. Mentalku tergerus. Tabiatku melenceng. Jadwalku amburandul. Hidupku terkuras. Masa depan pun suram. Dan semakin suram.

Sampai saya menjadi lupa diri….(berambung)
Next story, kisah kasih Ramadhan.

No comments:

Post a Comment