14 Oct 2011

Curhat Korlip (1)

Ini adalah sebuah cerita delima, dari sebuah perjalanan dan pengalaman menjadi seorang Koordinator Liputan a.k.a Korlip.

Teramat Intim
Hahahaha (suara bayi, ringtone hape saya)
Ia sangat hiperaktif mulai dari pagi hari, siang, sore, malam, tengah malam, dini hari sampai di tengah-tengah asistensi pun seperti Hape yang tidak tahu diri. Inilah salah satu keintiman saya dengan dunia perkorlipan. Hampir setiap waktu ada saja SMS/Call masuk dengan beragam persoalan.

Untuk satu tulisan saja, saya harus memberitahu penugasan, mengkonfirmasi pada hari H, memastikan tulisan naik dan tentunya memastikan redaktur buat ngedit. Satu tulisan mungkin minimal 3 SMS, itu belum jika ada yang bermasalah dengan jadwal, narasumber, atau beragam alasan lainnya. Belum termasuk jarkom dan woro-woro yang harus dikirim ke-16 personel semuanya.

Dalam sehari, saya bisa mengabiskan 150-200 SMS dengan beberapa ribu pulsa reguler. Setiap tiga hari sekali, saya harus menghapus semua inbox dan sent item segera atau Hape saya akan lemooot bin ngadat berjam-jam kemudian. Berharap jabatan ini seharusnya diberi tunjangan dinas berupa BB atau minimal tablet lah, hehe (ngarep norak, sampai iler kering pun mustahil terwujud).


Yang tak kalah penting adalah mengucapkan terima kasih atas segala bentuk kinerja yang telah dilakukan semua kru. Dari hal yang mungkin terlihat sepele, harus melontarkan kalimat "terima kasih" rutin hampir setiap jam. Pun kata maaf yang harus diulang-ulang setiap hari karena kelalaian, alpha dan semua salah yang terkadang saya sengaja -karena beda interpretasi. 

Urusan Individu
Kata para leluhurnya ITS Online, urusan rapat redaktur itu bukan hanya terkait semua hal yang berbau profesionalitas, tapi juga wajib menguras hal-hal pribadi. Karena justru hal-hal pribadi yang biasanya paling mempengaruhi ritme profesionalitas kita. "Termasuk memilihkan calon suami/istri mu kelak," wejangan mereka melontar. Haha.

Ya, urusan pribadi adalah hal yang paling sering menjadi tumpukan hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Dan seringnya, justru profesionalisme itu sering tergilas waktu pembahasannya dengan bahasan privasi ini. Masing-masing kru, memiliki kisah hidup masing-masing yang semua harus dipahami, dan disesuaikan dengan komunikasi yang tepat. Tersinggung sedikit, bisa dipastikan menyenggol tampungan air mata

Teringat, musim galau pun harus di-update dari satu anak ke anak yang lain. Diluar kabar akademik yang menjadi prioritas teratas, masih ada breakdown terlampau banyak. Dari musibah keluarga, ibu/bapak sakit, kabar keluarga, kabar ponakan, sampai agenda ke pasar adalah menu yang harus dipahami, dimengerti dan dimahfumi.


"Ihhh...Mas Huda kok perhatian banget...," ini biasanya SMS dari Nanda. Jangan disalahartikan.

Tak lupa disetiap kepulangankampungan semua kru, ucapan titip salam kepada keluarga adalah hal wajib saya lontarkan ke semua kru, tak terkecuali redaktur. Mengakrabkan dengan semua, menaruh perhatian dari kedekatan emosi yang berjangka (sangat) lama. Juga seringnya memaksakan diri ingin tahu banyak dan terlampau dalam. Mekso!


Mungkin, ini pula yang menjadi konsekuensi asas "profesionalitas berkeluarga" itu. Teringat,  saat saya sedang suntuk waktu masih menjadi reporter junior yang ababil itu, saya dipijitin masbro! Sekarang, jika ada reporter minta pijit saya, mungkin akan saya turuti dengan satu syarat: POTONG GAJI! Hahaha


(bersambung)

9 comments:

toni said...

kalo galau motongg gajii,,
serem,, hahaha...

toni said...

mau bersambung sampe edisi berapa mas bro? hahaha.. kalo rapat yang fokus ya jgan mikirin apa2.. :)

hudahoe said...

klo super galau, nti sy pecat semua kru ITS Online, biar sy bisa makan gaji buta dengan utuh, wakakaka

ya, td pikiran sy loncat2 g di kantor. Kelihatan banget yo :'(

Eka S said...

wah..mayag ini hobinya potong gaji eh..dikit2 potong gaji...alamak

kelihatan sekali anda galaunya mas bro..cemungudh ea..!!!

hudahoe said...

klo gitu: pecat kamu aja ya?
nti kita syukuran 3 hari, 4 malam :P

namanya Han-Sa :)

Eka S said...

halah, paling yo pada kangen ma aku...
ndak ada aku kan ndak rame haha

heh...itu panggilan apa sih mas? ndak tau aku..
#polos

hudahoe said...

aduh, kayake perlu dibuat pres rilis, siapakah sebenarnya "A Man Behind The Koko" *koyok judul pilem yo?
Hahahaha

Akhirnya, smua fakta telah tersebar ke seluruh penghuni lantai 6 :)

Eka S said...

=="
gara2 mas hoe iki...
curhat =Rp50rb/jam
konsekuensi= cerita anda menjadi milik smeua org

hudahoe said...

wah, itu semua orang uda tahu jauuuuh hari yo, sudah menjadi rahasia umum. Km aja yg nggak ngrasa :)

bahkan smua anak2 TM pun sudah tahu, haha

Post a Comment