22 Oct 2011

Sahabat LBK



"Assalamu'alaikum..."



Membuka pintu, kemudia celingak celinguk sana sini, memandang seluruh isi ruangan. Nihil, semua berwajah muda. Apakah ada salah satu di antara mereka adalah narasumber yang akan saya wawancarai. Semua masih tampak seperti mahasiswa!


Dan cling...

Ada satu wajah yang sangat familiar bagi saya sejak tujuh tahun silam. Waahhh, Mas Anom. Padahal niatnya menemui narasumber untuk mewawancarai terkait isu dan informasi seputar PENS, namun malah saya terkaget-kaget dengan kehadirannya. Sangat tidak terduga.

Dan pasca menemui pembina Tim Robot PENS ITS, Pak Nando -yang wajahnya jauh lebih muda daripada saya, dilanjutkan dengan nostalgia dengan Mas Anom, yang sudah menjadi Pak Anom Bestari, dosen Teknik Komputer PENS ITS. Beliau lulusan dari universitas di Malaysia dan yang ingin mengabdi di almamaternya dengan menjadi pengajar.

Pandangannya teduh, tutur katanya berkarakter, dan sangat ramah, jauh berbeda dengan saya. Masih sama seperti dulu, hanya pastinya pengalamannya sudah jauh lebih kaya. 

Beliau adalah alumni Smala jauh sebelum saya masuk sekolah itu, 2 tahun sebelumnya. Anggota SKI, juga aktif di Uswah Student Center (USC), lembaga non-provit yang menaungi pembinanaan anak sekolah se-Surabaya. Awal tahu siapa beliau, pas setahun saya aktif mentoring di sekolah. Adalah Mas Andra Prima Putra, murobi saya yang mengenalkan siapa beliau itu. Karena begitu luar biasa, Mas Andra -yang juga orang luar biasa, sampai memuji-muji sosoknya.

Bagian yang paling saya ingat adalah saat beliau tidak diterima SPMB (Seleksi P). Padahal dalam catatan rekornya, dalam tes-tes yang beliau ikuti di LBB SCC ia selalu bisa menembus jurusan pilihannya, FK Unair. Bahkan selalu nangkring di sepuluh besar paralel. Smalane memiliki tradisi sowan ke guru Sekolah pasca pengumuman SPMB, tentu yang datang adalah teman-teman yang dinyatakan lolos. Tapi Mas Anom datang dengan lapang dada!

Jiwa besarnya itu sangat dipresiasi oleh guru-guru Smala, terlebih dia tergolong murid cerdas diantara semua anak semala (yang katanya) cerdas-cerdas itu. Luar biasa! Takdir akhirnya membawanya kuliah di PENS ITS. Justru prestasi moncernya meluber kemana-mana ketika dia kuliah di "tempat kedua" ini.

Saya tidak hafal berapa juara yang dia raih ketika aktif di tim KRI-KRCI PENS ITS ini. Hanya satu hal yang pasti lebih dari tiga juara nasional! Beberapa kali ke Jepang dan namanya seharusnya bisa ditasbihkan masuk rekor Muri dengan kategori penghargaan terbanyak. Bener-bener inspiratif.

"Masih jadi mahasiswa dik?"

Wah, pertanyaannya sangat menusuk.

"Ya Mas, ini kemarin saya tersandung di TA. Ganti judul dan pindah dosen, jadi mulai dari nol"

"Sampai sekarang masih sering main ke Uswah?"

"Sudah jarang Mas. Sejak semester tujuh saya sudah off. Malah banyak temen-temen yang sudah keluar dari lingkaran kota Surabaya"

Kita tersenyum bersama.

"Gimana kabarnya teman-teman seangkatannya antum?"

Dan cerita pun mengalir dengan keramahtamahan yang beliau pancarkan. Saya justru bisa belajar menahan emosi, mengatur diksi sampai menyeimbangkan nafas untuk menyelaraskan hasil suara yang keluar dari mulut saya. Mas Anom, masih tetap seperti dulu: ramah, berwibawa, kharismatik dan semakin berprestasi. Wah, berbeda sekali dengan saya.

Keluar dari ruangan wawancara.

Wuing, saya justru ketemu dengan Yudha, teman saya sewaktu menjadi maba unyu di jurusan. Dia "banting setir" dengan masuk di jurusan Elektronika PENS. Hampir diwajari, teman-teman Maba saya banyak yang pindah jurusan/kampus atau malah keluar dengan sendirinya alias out dewe (OD) dengan beragam alasan. Wah, jadi nostalgia ini. Perawakannya tak jauh berbeda, hanya jenggot panjangnya yang merubah sedikit parasnya.

"Gimana kabarnya rek?"

Pertanyaan pembuka dan sekaligus membuka pembicaraan kita menjadi hal yang sangat berkesan. Jadi ingat momen-momen tengah malam di tengah konsolidasi, hahai.

Terakhir, pas beli makan malam di Kejawan Gebang, saya bertemu dengan Adit, teman Maba juga yang pindah jurusan pula. Satu hal yang sangat saya ingat adalah ketika dia mengutarakan alasannya dia pindah jurusan dan konflik batin dengan orang tuanya yang terlampau memaksakan kehendak dimana dia harus menempuh studi.

Dengan minat dibidang musik dan art yang terlampau tinggi, sejak awal masuk jurusan saya, dia sudah terlihat tidak bersemangat dengan semua hal berbau mekanika. Dasar bukan minat, juga bukan bakat, akhirnya dia memutuskan pindah ke jakarta sementara dan kembali ke Surabaya dan masuk jurusan di PENS pula.

Yah, itulah sebuah kisah kenyataan yang tidak terduga hari ini. Itulah sahabat LBK (Lama Bersemi Kembali)
#mekso!

No comments:

Post a Comment