24 Oct 2011

Unnamed Day

If we show a little love
Heaven knows what we could change
So throw a pebble in the water 

Can stir the widest ocean
-Make A Wave

Tengah malam. Tak satu pun orang bisa menangani perkara esok hari. Sebenarnya sangat simpel, tapi bukan hal sepele. Menjadi pengisi materi Pelatihan Jurnalistik di Kopma dr Angka. Simpel kan? Jauh-jauh hari sudah saya tugaskan ke Mbak Eka, tapi mendadak dia sakit lumayan memprihatinkan gara-gara ditinggal ikan Lumba-lumbanya ke luar kota (mungkin), haha. 

Saya ganti dengan Mas Muizz, dia siap. Eh, entah karena kutukan atau apalah itu namanya, dia juga sakit tiga hari menjelang hari H. Suaranya jadi mendesah-desah mirip Syahrini gitu, mungkin karena kebanyak manggung dan njoged bareng SM*SH, haha.

Mendekati jam sembilan malam sebelumnya, saya sempat telepon Mas Muizz. Pastinya saya khawatir, selain karena dia sakit juga karena pas rapat tadi kondisinya sungguh seperti orang yang tidak keurus, entah kemana istrinya, haha. (hobi menertawakan penderitaan orang lain)

"Ya Mas. Habis ini aku segera minum obat dan besok pagi minum jahe"

Simpel sih, saya sebenarnya bisa "mengorbankan" dia untuk menjadi pengisi. Tapi dengan kondisi seperti itu, saya justru kasihan dan tidak mentolo. Apa kata peserta jika pembicaranya ngomong mendesah-desah mirip kucing kebelet beol? Haha. Oke, saya batalkan, carikan kru lain.

Menghitung kekuatan kru. Semua redaktur nihil. Reporter: tiga sakit, mengejar tulisan majalah, juga deadline praktikum itu -yang saya tidak tahu apa namanya. Hanya tersisa Mbak Ran, saya telephone. Lihat jadwal dulu mas, jawabnya singkat.

"Nggak mau mas, horor! Materinya juga belum siap"

Praktis, fase seperti inilah yang dilematis. Saya harus turun gunung -ah, masih enak, kalau naik gunung saya tidak kuat. Okeh, saya siapkan saja materinya dari nol. Tengah malam beranjak dini hari, tangan saya mengolah-oleh aneka baceman slide power point saya sebelumnya. Ngantuk, teler tak terduga. Dini hari pun tak terasa.

Pagi hari. Tidak ada makanan sama sekali. Keringat saya sudah berlari-lari kencang. Bulirannya sebesar buah keres (buah apakah ini?) meloncat-locat ke lantai. Perut saya keroncongan selepas kerja bakti akhir pekan: membersihkan seluruh rumah sendirian! Tak ada yang memasakkan apapun, tante saya sedang pulkam. Perut saya sudah konser rock.

Tempe kemarin saya goreng lagi, eman. Ditambah nasi yang juga kemarin plus dadar goreng made ini Hoe, yang dijamin tak satu pun orang di rumah mau memakan dadar ini, haha. Nasib yang harus diterima.

Memulai berangkat ke kampus tanpa rencana cadangan apa pun di kampus selain ngisi pelatihan dan janjian dengan teman malam harinya. Berangkat.

A word is just a word
Til you mean what you say
And love isn't love
Til you give it away
-Send It On

Suaranya tidak terlampau keras, kalah keras dengan suara Michele Lea di headset saya. Tapi ini terjadi di depan saya. Kecekaan di depan mata, di saat kuda besi saya masih melaju. Walaupun tidak pas di jalur yang saya lalui, tapi ini seperti tontonan film MI III, mengejutkan!


Bingung. Saya tidak galau. Hanya sangat shock. Kendaraan saya parkir sebentar. Membantu orang pertama yang menolong si korban. Sementara pelaku yang asal "cium" sepeda motor -menaiki mobil entah apa jenisnya, sudah hilang entah ditelan rasa takut atau merasa tak berdosa. Sungguh, jika saat itu saya tidak shock, bakal saya kejar tuh mobil kurang aseem.


Awalnya tidak apa-apa, si korban justru sempat berdiri. Saya menghampiri pelan dan menanyakan kondisinya. Tiba-tiba, darah mengucur deras. Ia memegang kepalanya. Hidungnya pun meneteskan darah. Kok malah mirip air mancur sih? HOROR!!!!

Tidak sadarkan diri, ia pingsan tanpa aba-aba! Entah karena dia memang takut darah hingga pingsan atau kekurangan darah atau hal buruk lainnya? Tak sempat saya membopoh tubuhnya, tubuhnya langsung memeluk tanah.. Astaghfirullah, apa lagi ini? Saya kalut luar biasa. Sementara orang-orang lain lebih sibuk mendirikan sepedanya yang setirnya bengkok tak karuan. Juga barang bawaannya yang pecah berantakan itu.



"Segera bawa ke Rumah Sakit!"


Hanya ada saya dan seorang Bapak tadi yang paling dekat dengan tubuh korban ini. Waahhh...Apakah saya mau ngomong tidak bisa dan "Maaf saya mau ngisi pelatihan Pak"

Bisa-bisa malah dibalas, "Nanti saya mas ngisi galonnya. Ini jauh lebih penting"



Huffttt...Di saat-saat genting, otak kanan saya juga tidak bisa diajak kompromi untuk usil.


Sepeda butut saya pacu. Ke Rumah Sakit terdekat! Ayo...Ayooo...nyawa orang ada di belakangmu. Justru, saat seperti inilah kemampuan saya ngebut bisa diandalkan. Dengan suara bel yang hampir setiap menit saya nyalakan untuk menghalau pengendara di depan saya, sampailah saya di RS Adi Husada, tempat ini lagi. Memori tiga bulan lalu meloncat.


Saya kwartet was-was: bagaimana kondisi orang ini, menghubungi keluarganya juga gimana, bajuku? Darah!, ngisi galonku eh pelatihannya piye iki?

"Satu-satu Mas," semriwiiinggg, teringat suara dan nasehat lama itu, selalu menenangkan :D



Tak sampai satu jam, akhirnya sepupunya datang. Presentasi bisa ditunda jam 12.30 nanti. Sementara untung saya bawa baju dobel di tas. Langsung meluncur ke Keputih dan mandi di kos teman. Kalau mandi di Perpus, bisa dikira habis aborsi, haha.


Di sela-sela itu, ada empat kabar luar bisa. Pertama, sepupu ku yang paling dekat denganku akan menikah segera. Kedua,


"Nomer rekeningmu berapa? Aku mau transfer ****** "


Rejeki darimana ini? Sangat unpredictable! Ketiga, aku diminta tolong Mbak Tyas untuk ngelesi anak SMA Kelas 1. Akhirnya saya bisa mengajar lagi, hehe. Setelah lama tidak ngelesi anak-anak sekolah. (Jujur, jiwa saya lebih mirip seorang guru, psikolog atau apalah itu yang arahnya mendidik, mendengarkan, dan berbagi ilmu serta kemanfaatan). Kabar terakhir, RAHASIA. Sesuatu banged pokoknya :P


I'm through accepting limits
''cause someone says they're so
Some things I cannot change
But till I try, I'll never know

-Defiying Gravity


Seolah tidak terjadi apa-apa. Saya presentasi seperti biasa, lebih banyak diskusi. Dengan kostum yang berbeda dengan paginya. Gaya guyonan saya lumayan sukses untuk menghalau rasa ngantuk siang hari ini. Alhamdulillah peserta interaktif, walaupun hanya 24 orang saja. 

Materinya segudang, tapi waktu yang diberikan hanya sejam. Sementara slide ppt saya tidak sempat saya edit, jadi slideshow-nya sangat kacau. Padahal pagi tadi sudah berencana saya edit, walaupun sedikit.

"Plokkk...Plokk..."

Tepuk tangan menggema di ruangan Theater A. Saya dengan sengaja "pamer" buku di slide saya, hehe. Tanpa seijin panitia pula. Maksud saya bukan untuk promosi, tapi mengajak peserta untuk mengabadikan diri dengan tulisan. Saya berikan kisah-kisah para inspirator dari kalangan jurnalis sampai penulis lepas.

"Tidak harus kalian menjadi wartawan atau aktif di dunia pers, yang terpenting adalah kalian harus menulis. Karena dengan tulisanlah, salah satu cara agar diri kalian dikenang walau raga sudah tidak bersatu dengan ruh," ini bagian penutup saya. Keren yah, haha. #norak!

Selain dapat konsumsi dan sertifikat, juga dapat kaos Aplle versi ITS. Cekidot :)



Do you know what it's like
To feel so in the dark?
To dream about a life
Where you're the shining star

-This Is Me


Inginnya saya mau ke Taman Baca, Dolly. Tapi waktu presentasi saya molor dari semestinya, bukan karena saya, tapi jadwal ishoma yang kebablasan. Sementara saya sudah mengiyakan tawaran Mbak Tyas. Akhirnya saya blogging sambil membenahi isi kepala saya yang cenat cenut. Seperti biasa, karena terlalu terhipnotis dengan bau darah. 

Dua roti, satu buah apel dari rumah yang memfosil di tas saya plus sebotol air putih. Cukup untuk makan siang. Tuntutan diet, haha. Panasnya Surabaya membuat malas untuk beraktivitas di luar. Tapi kalau di dalam terus, kepala saya semakin cenat-cenut. Hyahhhh.


I don't wanna be afraid
I wanna wake up feeling beautiful today
And know that I'm okay
?Cause everyone's perfect in their usual way
So you see, I just wanna believe in me

-Believe In Me

Di Kendangsari, ba'da ashar. Koreaann Styyylee, haha. Anak ini sesuai prediksi, anak gaul, anak band yang modis! Untung anaknya nggak ababil. Tidak pula telmi, haha. Satu hal yang saya suka dari ngajar (entah ngelesi, atau ngajar charity) adalah mengorek atmosfir keluarganya. Bagaimana dia besar, sifatnya, cita-cita, keinginan, ambisi, dan interaksi dengan keluarganya. Ya, bisa jadi rujukan praktis kelak jika sudah berkeluarga, nah lho?!??

Sering kali, saya jusru lebih dominan mengorek anaknya daripada memberi pelajaran. Malah  pernah, ada yang sengaja tidak mau belajar sama sekali. Jadi waktu 1,5 jam memang dia alokasikan buat ngobrol dan curhat saja! Haha.

Hari perdana, 3,5 jam untuk sesi sampai selesai. Gilak! Itu mungkin setengah jam adalah sesi curhat, haha. Pertama ketemu tapi anaknya kok sudah ngember yah? Haha...




I never understood you when you'd say, whoa
Wanted me to meet you halfway, whoa
Felt like I was doing my part
You kept thinking you were coming up short
It's funny how things change cause now I see

-Overboard


3,5 jam saya tidak ngecek Hape, 14 SMS masuk. Satu-satu Huda. Dua SMS terima kasih masuk. Pertama dari orang tua korban -walaupun masih perjalanan ke Surabaya, dari Kediri. Kedua dari panitia Kopma sebelumnya. Beberapa SMS kemarin yang masuk lagi, beberapa klien curhat gratisan saya, dan satu dari teman yang janjian malam senin-an dengan saya, haha.


Meluncur ke kampus lagi. 20 Menit. Menuju kantor, mengambil laptop. Dan akhirnya saya bisa makan siang sekaligus malam dengan dua orang sohib. Karena hari ini hati saya sungguh bahagia tidak karuan, saya traktir mereka. 


Bang Yusuf, teman sejak SMA yang sejak Maba menjadi teman mengadu nasib bersama. Walaupun nasib kita berbeda jalur, tapi kedekatan kita sudah seperti saudara. Apalagi saat lama tak jumpo, pasti salah satu diantara kita kangen, haha. Sepeti kemarin, tiba-tiba dia ngajak ketemuan. Wah, so(k) sweeet.


Bang Ghoni, teman sepejuangan di Dolly. Klien curhat saya yang lumayan aktif, haha. Saya ingin mengucapkan sangat amat terima kasih ke dia yang tadi siang sendirian ngajar di TB, padahal paginya saya sudah janji bisa datang :'(


Curcol ngalor ngidul. Makan. Nonton MU-Man City: 1-6 yang sangat amat rame. Curhat. Tertawa. Dan tertawa lagi.


"Adakah hal yang lebih indah untuk diucapkan selain terima kasih?" tanyanya.
"Sudahlah itu sudah cukup. Tanpa ucapan terima kasih pun, wajah kalian sudah aku simpan di dalam hatiku,"


Hahaha. Tertawa bersama.


Butterfly fly away, butterfly fly away
Flap your wings now you can't stay
Take those dreams and make them all come true
We've been waiting for this day
All along and knowing just what to do

-Butterfly Fly Away

Jujur, saya tidak pernah merasakan rasa seperti hari ini. Hati ini senang, bahagia, terharu, bangga, ingin nagis juga, iri, bersyukur, cemburu, lelah, dan aneka macam rasa yang tidak bisa didefinisikan lagi. Sepanjang perjalanan pulang, saya memutar-mutar kejadian hari. Sangat beruntung saya hari ini: saya bisa berbagi dengan sesama :D


Through space and time 
Always another show 
Wondering where I am lost without you 
And being apart ain't easy on this love affair 

-Faithfully

Sementara, salah satu bagian scene dari hari ini itu sengaja bersembunyi. Raut muka ingin meledakkan rasa bahagia, sementara hatinya melarangnya. Ini bukan saatnya, ini bukan tempat yang seharusnya. Tunggulah esok hari. Saat mentari masih bisa tersenyum dengan hari-harimu. Saat nikmat-Nya masih menyelimuti jiwa-ragamu. Dan saat orang lain masih merasakan keberadaanmu. Rasakanlah, bahwa nikmat Allah itu sangat dekat!


Terus dan terus, lagu-lagu penyemangat dari Disney ini terdengar lebih indah dari liriknya :)

2 comments:

toni said...

hahaha,, aku banyak ketinggalan cerita ya

hudahoe said...

alhamdulillah yah...Masih streaming di blog saya :)

nantikan edisi galaogja (galau di jogja), hehe

Post a Comment