30 Oct 2011

Meretas Dini Hari

Tengah malam. Meretas dinginnya air hujan yang berdenting bersama hembusan angin menjelang dini hari. Bersyukurlah, di jok sepeda motor sudah saya siapkan jas hujan. Lama, hampir sepuluh menit sengaja menelanjangi tubuh dengan balutan air yang merembes ke pakaian. Segar, itu sensasi pertama. Lama kelamaan, dingin juga. Sementara bulir air dari langit semakin keras, besar dan deras!

Beruntunglah, pikir saya. Walaupun kedinginan sementara. Dan belaian angin malam itu terasa sejuk, mendekati menggigil. Hingga sampai di Bundaran ITS. Apa? Di sini hanya gerimis rintik-rintik saja, sementara jas hujan saya sudah seperti habis dicuci. Balutan air yang tercecer di jalanan sudah menunjukkan kawasan sini sudah diguyur hujan sebelum. 


Tengah malam telah berlalu. Seorang anak manusia merayapkan kaki di antara kegelapan dini hari. Ia sendirian. Bercelana sambil menenteng tas hitam pula, ia semakin terlihat samar. Hanya wajahnya yang saya ingat, penuh dengan guratan lelah. Namun ia masih tetap bisa mengumbar senyum. Kuda besi ku berhentikan.


"Belum bisa pulang, masih nunggu hujan reda"

Itu jawabannya, masih dengan semangatnya untuk tersenyum dengan saya. Ya, walaupun saya juga tidak mengenal siapa dia, ia nampak akrab saja. Saya pacu kuda besi ini menuju Keputih. Tapi ini sudah terlanjut dini hari, terlambat. Kalah cepat dengan portal yang sudah tertutup.



"Nggak papa Mas, di sini saja. Di saya ngekos di gang 2D kok, sudah dekat"


Nampaknya ia sadar dengan baju dan celana saya yang sudah basah kuyup. Juga wajah saya yang terlihat sangat kusut (karena pada dasarnya sudah kusut), dan agak membiru karena dingin. 


"Oke,hati-hati"


Satu teman ku tambah dalam katalog hidupku. Walapun, esok harinya pasti saya sudah lupa dengan wajahnya. Benar-benar faktor T(u)A.

¬¬¬¬¬¬¬¬

"Males mas, engko malah dipikir wong homo"

Saya tertawa ringan, hampir ngakak. Padahal niat saya hanya ingin motret dia dengan latar kerumunan orang saja, tapi dia sudah antipati. Sementara di samping kanan-kiri, depan-belakang saya, berjajar muda mudi yang bercengkerama bebas. Bercahayakan temaram lampu penerang jalan yang menyilau kuning, semua nampak eksotik, klenik (?). Di tengah kesibukan penjual yang mondar mandir, mereka nampak selaras dengan alunan jalan yang dilewati aneka kendaraan. Nampak seimbang.

Inilah kawasan jembatan Middle East Ring Road (MERR) di tengah malam minggu. Ya, saya malam mingguan di sini. Bersama seorang teman -yang justru adalah laki-laki. Memang disengaja untuk membicarakan sesuatu. Yang teramat mendesak, penting dan tertunda sejak lima jam sebelumnya.

Namun, ia yang hadir bersama wajah cemberutnya karena Chelsea kalah 3-5 dengan Arsenal, justru masih sempat bercanda dan tersenyum. Walaupun (lagi), dia juga harus menunggu cukup lama. Kita diskusi. Mengobrol. Tertawa. Dan pulang bersaing dengan hujan.

Ditemani segelas Bir Bintang isi STMJ :)

Kaget: ada penampakan HANTU! Hahaha

Sudahlah, lupakan hantu itu. Setidaknya sebelumnya saya sudah malam mingguan berlima dengan kawan-kawan ITS Online di Taman Mundu. Dari tidak mengertinya saya dengan orang yang saya bonceng, Lutfia yang sayang anak ehh...keponakan maksudnya, Rani yang minta ampun polosnya serta Icha yang jeprat jepret sana sini sono. 

Juga dengan Boneka Lumba-Lumba Pink jam setengah delapan malam sebelumnya. Jangan lupa dibuatkan baju koko yang pas ukurannya plus foto eksklusif 15R The Man Behind The Koko, haha. The Last, semoga lekas sembuh ea kaka :)

3 comments:

toni said...

sampean turu jam piro iki mas?

Eka S said...

aku juga jadi bertanya begitu ton...

anyway, bisa buatin baju kokonya ndak? haha

hudahoe said...

@ton

lha kan kita tidur satu ranjang, hahaha
skitar setengah dua boi.

@eka

ehmm...bisa, nanti aku mintakan langsung ke ms *an :)

Post a Comment