18 Apr 2010

Apakah imipianmu kawan ?

Kawan, pernah membaca novelnya Andrea Hirata ? Sebuah novel inspiratif yang dibuat si penulis tanpa ada maksud untuk diterbitkan namun ketika diterbitkan kali pertama langsung meledak. Yah, sungguh novel yang bagus, walaupun bisa disebut sebagai biografi sang penulis namun cara penuturan kalimat per kalimat jauh dari kesan orang curhat. Malah kita bisa tersihir oleh rangkaian huruf yang mempunyai soul berbeda jauh dengan penulis lain di Indonesia, aliran menulis yang baru : awut-awutan, science writing, paradoksal, lucu tapi bukan djayus.

Kok tambah buat resensi to? Kembali ke tujuan awal. Jadi di novel yang diberi nama Tetralogi Laskar Pelangi ini, bisa penulis simpulkan bahwa dengan kemauan dan keberanian maka yakinlah nasib akan selalu berpihak padamu. Dunia begitu luas, ada banyak sekali warna warni kehidupan ada di luar sana yang tak akan pernah kita tahu tanpa kita mau mencari dan mendatanginya. Dalam novel ini diiceritakan bahwa, Ikal (panggilan kecil Andrea Hirata, red.) yang namanya diambil begitu saja dari secarik majalah, namun saat dewasa dia bisa bertemu langsung siapa gerangan Andea Hirata itu. Saat kecil, dia hanya tahu menara Eifel dari tempat kotak yang diberikan A Ling, namun suatu saat dia bisa memandang Menara Eifel hamper setiap hari,. Bahkan impiannya untuk mengelilingi daratan Eropa dan sedikit Afrika terwujud juga dan semuanya dilalui bersama orang yang dia kagumi, kakak angkatnya, si Aray. Sungguh sebuah mimpi besar, seorang anak buruh timah yang sampai novel terakhirnya pun diceritakan sang ayah tidak penah naik jabatan, bisa menggapai impiannya yang terlampau menjulang untuk ukuran anak Belitong kala itu.


Satu kutipan favorit penulis dari pak Balia, guru SMP Ikal. Kalimat yang sering diulang-ulang setiap kali pelajaran bahasa Indonesia ini mungkin bisa menjadi inspirasi untuk kita semua.
“What we do in life… Echoes in eternity…!! Setiap peristiwa di jagad raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak di sana sini, tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. Namun perlahan-lahan ia akan bersatu membentuk sosok seperti Montase Antoni Gaudi. Mozaik-mozaik itu akan membangun seiapa dirimu dewasa nanti. Lalu apapun yang kawan kerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian. Maka berkelanalah di atas muka bumi ini untuk menemukan mozaikmu”
Jika saat ini kita berdiri di tempat ini, apakah kita sudah menyadari sejak kecil kita akan berada di sini? Itulah mozaik kecil hidup ini yang tanpa kita sadari, hal itu telah membangun diri kita hingga bisa menjadi seperti ini. Lalu, sudah berapa banyak mozaik hidup kita yang sudah kita temukan?

Penulis bukan bermaksud untuk mengajak kita untuk bermimpi seperti Ikal, bisa kuliah di Universitas Sorbone, bisa keliling Eropa dan Afrika, berpetualangan yang sangat menakjubkan dan terkesan unik, atau mempunyai kisah perjuangan cintanya demi A Ling. Be Your Self, impikan impian yang kamu banget. Tidak perlu takut jika mimpi itu berbeda dengan harapan teman-temanmu atau pun orang-orang disekelilingmu. Dan kawan juga tidak perlu merasa paranoid dengan mimpimu yang akan kawan wujudkan terlalu berlebihan ataupun menjulang, don’t worry be happy (nyadur kalimatnya mas DD).

Ada kalimat bijak begini, gantungkan mimpi setinggi langit. Jadi ketika kita membidik mimpi kita yang di berada di langit ke tujuh. Seapes-apesnya, walaupun kita tidak bisa mendapatkan langit ke tujuhnya, minimal kita bisa meraih keenam, lima atau pun paling tidak beruntung kita tetap bisa mendapatkan bulan, (analogi ini penulis dapatkan dari murobbi penulis). Misalkan jika ada diantara kita suatu saat ingin menjadi Presiden, Amiin. Namun kalaupun usahanya masih kurang, minimal kita jadi mantunya Presiden,=D (poko’e jangan mau jadi babunya Presiden, he3x..)

Nah, apakah kita sudah mempunyai impian itu? Kalau pun tidak ada (ngenes banget..), mulailah dengan harapan-harapan kecil, dari sesuatu yang sederhana.

Baru beberapa pekan yang lalu, penulis mempunyai teman yang tepat berusia 20 tahun dan dia mengatakan bahwa targetnya usai 20 tahun ini dia ingin bisa menyetir mobil, sederhana bukan ? Penulis yakin, kita pasti mempunyai banyak harapan kecil yang lebih sering terbaikan oleh masalah-masalah kecil pula, terutama kemalasan (berkaca pada pengalaman pribadi penulis, =D ).

Berkali-kali, murobbi penulis berpesan Jadilah muslim yang visioner. Ada yang pernah nonton videonya mahasiswa IPB yang mampu mewujudkan mimpinya yang telah dilist sebelumnya. Atau presiden Amerika yang memvisualisasikan mimpinya untuk menjadi presiden Amerika di kamarnya sejak kecil (lupa namanya, maaph), dan akhirnya beneran terwujud. Mungkin kita sudah mempunyai figure orang visioner dari orang-orang disekitar kita sendiri Penulis sendiri mempunyai teman yang sudah mempunyai visi hidup serta impian apa saja yang akan dikerjakan selama hidup. Dari kehidupan kampus, mulai dari organisasi, menjalin networking,part time, kemandirian, pertemanan,pergaulan dan lain-lain. Bahkan sampai pada misi yang cukup jauh ke depan, kehidupan pasca kampus, pekerjaan, profesi, keluarga, hingga kehidupan pasca berkeluarga dan impiannya membangun yayasan sosial. Wow, luar biasa (pikir penulis), padahal dia itu seorang perempuan.

Karena penulis hobi membaca, jadi jangan bosen kalau analoginya dari buku semua. Kali ini kawan pasti tahu bukunya kang Abik, Ayat-Ayat Cinta (AAC) yang telah difilmkan. Kebanyakan tahu filmnya daripada membaca bukunya (Nggak usah senyum-senyum ketika baca kalimat ini). Fahri, tokoh utama di situ digambarkan sebagai mahasiswa muslim yang ”sempurna”, dan karakter yang patut diacungi jempol (walaupun fiktif) adalah dia sebagai muslim visioner. Jadi dalam ceritanya digambarkan, Fahri mempunyai life planner berupa kertas kehidupan yang berisi target-target hidup sepanjang hidupnya dan dipampang besar-besar dalam kamarnya. Mulai dari skala dasawarsa, per windu, tahun, bulan, pekan, hingga detail apa saja yang harus dilakukannya per hari untuk mewujudkan impiannya yang telah di deadline sendiri. Dengan segala konsekuensi dan keadaan yang dia miliki, Fahri bisa menjalankan hidupnya sesuai dengan alur yang telah ditentukannya sendiri pula. Bagi penulis sendiri, visualisasi langkah hidup itu sangat perlu. Terutama untuk menghadapi goncangan keadaan yang tidak kita inginkan. Ada yang mau meniru metode ini ? Bagus kok.

Sekali lagi penulis tanyakan, apa impianmu kawan? Semoga mimpimu menjulang setinggi langit dan seluas samudra (kayak lirik lagu saja). Ingatlah, jangan membuat sejumput waktu di dunia ini lepas hanya karena kita lengah dengan kebagahagiaan semu. Bermimpilah, apapun mimpimu itu kawan. Yakinlah bahwa apa yang akan kawan impikan pasti bisa terwujud, dengan apapun yang kawan miliki atau pun dengan segala kekurangan yang ada pada dirimu, katakanlah bahwa impossible is nothing.

Jika kawan bercita-cita ingin menjadi dosen, trainer professional, aktifis organisasi, enterprenur, ingin membahagiakan ortu, politisi, engineer terkemuka, peneliti kelas dunia, wartawan, bisnis man, bisnis woman, konsultan professional, penulis, atau apapun itu, tancapkan kuat dalam setiap langkah hidupmu karena penyesalan selalu datang terakhir.

Selamat mewujudkan impianmu kawan…

Mimpilah mimpi yang menjulang dan jadilah seperti apa yang kau impikan. Visi yang kau miliki adalah janji seperti apa kau suatu hari nanti. Cita-cita yang kau miliki adalah ramalan yang akan kau ungkap pada akhirnya. –James Allen-


Foot Note :
Tulisan ini penulis posting bukan bermaksud untuk menggurui atau pun mendoseni (crispy bgt) namun sebagai bentuk utang tulisan pada seri IBF ketiga yang tidak jadi-jadi karena kehabisan source untuk dituliskan. Sengaja penulis memakai analogi yang lebih humanis, tidak terlalu kaku dan berharap juga tidak terlalu monoton. Satu lagi, tulisan ini juga dituliskan untuk menyemangati teman-teman setelah berjuang dalam UTS kemarin. Tetep dijaga semangatnya teman, maaf jika ada satu dua tiga empat lima atau enam atau berapapun itu tentang perbuatanku yang tidak berkenan, insya Allah sudah penulis pertimbangkan kok. Any comment ? Monggo diposting, penulis juga merasa milisnya kok semakin sepi, mungkin pada beralih haluan ke facebook. Ini juga tulisannya masih suka awut-awutan nggak jelas. Dan ini yang paling penulis harapkan, ada yang posting pengalaman pribadi atau teman tentang perjuangan dalam memperjuangkan impiannya. Ditunggu yo…
- Semoga bermanfaat -

No comments:

Post a Comment